Minggu, 04 Mei 2014

MAKALAH PSEUDO EDUCATION DAN PENDIDIKAN DALAM SISTEM KEILMUAN



PSEUDO EDUCATION DAN PENDIDIKAN DALAM SISTEM KEILMUAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pengantar Pendidikan
yang dibina oleh Bapak Syaad Patmanthara


Nama (NIM):
Lindri Mulyati (120534400689)/OFF C



 


 








UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
Oktober 2012








DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................... 5
1.3 Tujuan................................................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Dimensi manusia dan potensinya ...................................................................................... 6
2.2 pengembangan  jati diri manusia ....................................................................................... 10
2.3 pengertian  Manusia; ZoonPolitican dan Homo educable.................................................. 11
2.4 Pengertian pendidikan, ta'lim,ta'dib dan tarbiyah ............................................................. 12
2.5 Pendidikan sebagai disiplin ilmu pendidikan..................................................................... 15
2.6. Tujuan ilmu pendidikan..................................................................................................... 15
2.7.Orientasi ilmu pendidikan.................................................................................................. 16
2. 8.Ruang lingkup ilmu pendidikan........................................................................................ 16
2.9  Urgensitas ilmu pendidikan untuk profesionalisme guru.................................................. 20
2.10Urgensitas ilmu pendidikan untuk kemajuan masyarakat................................................. 20

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 22


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
        Sasaran pendidikan adalah manusia, oleh karena itu seorang pendidik haruslah memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya.Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna yang memiliki ciri khas yang secara prinsipiil bereda dari hewan.
Ciri khas manusia yang membedakan dengan hewan ialah hakikat manusia.Disebut hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki manusia dan tidak dimiliki hewan.Dengan pemahaman yang jelas tentang hakikat manusia maka seorang pendidik diharapan dapat membuat peta karakteristik manusia, sebagai acuan baginya dalam bersikap, menyusun strategi, metode, dan teknik.
        Pendidikan di masa depan adalah pendidikan yang demokratis dan pendidikan yang demokratis hanya dapat diwujudkan dalam masyarakat, bangsa dan negara yang juga demokratis. Demokrasi, termasuk demokrasi pendidikan, memang tidak menyembuhkan berbagai penyakit pembangunan, termasuk untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, tetapi demokrasi memberikan peluang terbaik bagi terlaksananya keadilan dan terhormatinya harkat dan martabat kemanusiaan. Pendidikan yang demokratis akan menghasilkan lulusan yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan mampu mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan publik. Secara sederhana konteks demokrasi ini menunjukkan adanya pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sistem demokrasi nilai – nilai masyarakat dalam suatu negara, dan memberikan kebebasan bertindak sesuai dengan kehendaknya dalam batasan normatife tertentu.







                                                                                                                                      1
1.2  Rumusan Masalah
1.Bagaimana dimensi manusia dan potensinya?
      2.Bagaimana pengembangan  jati diri manusia?
      3.Bagaimana pengertian  Manusia; ZoonPolitican dan Homo educable?
      4.Bagaimana  Pengertian pendidikan, ta'lim,ta'dib dan tarbiyah?
5.Bagaimana Pendidikan sebagai disiplin ilmu pendidikan?
6.Bagaimana Tujuan ilmu pendidikan?
7.Bagaimana Orientasi ilmu pendidikan?
      8.Bagaimana Ruang lingkup ilmu pendidikan?
9.Bagaimana  Urgensitas ilmu pendidikan untuk profesionalisme guru?
    10.Bagaimana Urgensitas ilmu pendidikan untuk kemajuan masyarakat?

1.3  Tujuan
1.Mengetahui dimensi manusia dan potensinya
2 Mengetahui pengembangan jati diri manusia
      3.Mengetahui  pengertian  Manusia; ZoonPolitican dan Homo education?
4.Mengetahui Pengertian pendidikan, ta'lim,ta'dib dan tarbiyah
5 Mengetahui Pendidikan sebagai disiplin ilmu pendidikan
6.Mengetahui Tujuan ilmu pendidikan
      7.Mengetahui  Orientasi ilmu pendidikan
      8.Mengetahui Ruang lingkup ilmu pendidikan
      9.Mengetahui Urgensitas ilmu pendidikan untuk profesionalisme guru
     10. Mengetahui Urgensitas ilmu pendidikan untuk kemajuan masyarakat








   BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Memahami dimensi manusia dan potensinya
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai cirri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil ( jadi bukan hanya gradual ) membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Bahkan beberapa filosof seperti Socrates menamakan manusia itu zoon politicon ( hewan yang bermasyarakat ), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai Das Kranke tier ( Hewan yang sakit ) yang selalu gelisah dan bermasalah.
Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara gradual yaitu suatu perbedaan yang dengan melalui proses rekayasa dapat dibuat sama keadaannya, misalnya air yang karena perubahan temperature lalu menjadi es. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan, orang hutan dapat dirubah menjadi manusia.
Sifat hakikat manusia dapat diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipiil membedakan manusia dari hewan.

2.1.1   Wujud Sifat Hakikat Manus 
     1. Kemampuan Menyadari Diri
Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh manusia.Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri.
Drijarkara (Drijarkara,:138) menyebut kemampuan tersebut dengan istilah “meng-Aku”, yaitu kemampun mengeksplorasi potensi-pontensi diri yang ada pada diri, dan memehami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan sehingga aku dapat berkembang kearah kesempurnaan diri



2. Kemampuan Bereksistensi
Yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Karena inilah manusia mempunyai kebebasan yaitu manusia bukan “ber-ada” melainkan “meng-ada”

3.Kata Hati (Consecience Of Man)
Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan bahwa hati itu adalah kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik buruknya perbuatan sebagai manusia.

4.  Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur)

5.Tanggung Jawab
Yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.

6.Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai dengan kodrat manusia.Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral.Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia

7. Kewajiban dan Hak
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia.Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah memenuhi kewajiban.




8 Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia.Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan saja, tetapi merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman pahit dan penderitaan.
Manusia adalah mahluk yang serba terhubung, dengan masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan. Dalam krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyarakat dengan lingkungannya, dengan diri sendiri dan dengan Tuhan. Kebahagiaan hanya dapat dicapai apabila manusia meningkatkan kualitas hubungannya sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba terhubung dan dengan memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

2.1.2   Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya
  1.  Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai “ orang seorang ”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). (Lysen, individu dan masyarakat:4).Manusia sebagai makhluk individu mempunyai jiwa dan raga yang dalam perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua unsur itu merupakan monodualis, yang selalu berkembang kearah yang lebih baik dan lebih sempurna.
Dalam memberikan pendidikan kepada individu hendaklah para pendidik memperhatikan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi dirinya sendiri. Seorang pakar pendidikan tersohor ditanah belanda, M.J. Langeveld bahwa setiap orang memiliki individualitas. (M.J. Langeveld, 1955:54)

2. Dimensi Kesosialan
Menurut M.J. Langeveld (1955) sifat hakikat manusia adalah makhluk social, individualitas, dan moralitas.Sifat sosialitas menjadi dasar dan tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan kelompoknya. Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan social pada setiap waktu, yang dimaksud dengan interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki tingkah laku yang lain.
Sebagai makhluk social, mereka saling membutuhkan, saling membantu, dan saling melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya.
Dalam hal ini, tugas pendidikan ialah mengembangkan semua potensi social sehingga manusia sebagai makhluk social mampu berperan, dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat.Diharapakan melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan secara seimbang aspek individual dan aspek sosialnya.
Ahli pendidikan membagi kebutuhan manusia sebagai berikiut:

3.   Dimensi Kesusilaan
Pengertian susila dapat diartikan sebagai kepantasan yang lebih tinggi.Dalam masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan yang menyangkut kesusilaan terkait dengan etika dan etiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang dirugikan. Sedangkan etiket bila dilanggar maka hanya menimbulkan orang lain tidak senang.Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijungjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemulyaan dan sebagainya.Pada hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan nilai-nilai susila dan melaksanakannya.
Sehingga dengan demikian dapat dikatakan manusia bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.

4.   Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Pandangan Martin Buber “ bahwa manusia adalah makhluk Tuhan dan sekaligus mengandung kemungkinan baik dan jahat” adalah sesuai dengan pandangan manusia sebagai makhluk Tuhan”.Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang akan menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam dikemukakan “Tiap anak dilahirkan bersih, suci, orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.Agama merupakan sandaran vertical bagi manusia. Manusia dapat memahami agama melalui proses pendidikan agama. Ph. Kohnstamm berpendapat bahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang tua.
Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukan pendidikan agama kedalam kurikulum di sekolah, mulai dari SD s/d PT. disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui pelajaran agama ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa tekanannya adalah pendidikan agama dan bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan agama. Jadi segi-segi afektif harus di utamakan.

2.2   Pendidikan dan pengembangan  jati diri manusia

Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang terjadi:
    1.  Pengembangan Yang Utuh,
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberi pelayanan atas perkembangannya.Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu : wujud dimensi dan arahnya.Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan, antara antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor,.Pengembangan aspek jasmaniyah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang.
Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya.Keutuhan pengembangan dimensi hakikat  manusia dapat diarahkan kepada pengembangan dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan secara terpadu.
    2.  Pengembangan Yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku yang terabaikan penangannya.




3.Sosok Manusia Seutuhnya

Sosok manusia seutuhnya berarti bahwa pembangunn itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, kesehatan, ataupun kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengelurkan pendapat yang bertanggung jawab melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan diantara keduanya sekaligus batiniah.selanjutnya juga diartikan bahwa pembanguinan itu merata diseluiruh tanah air bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Selanjutnya juga diartikan keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya , antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, keselerasian antar bangsa-bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup didunia dengan kebahagiaan di akhirat.

2.3 Manusia; ZoonPolitican dan Homo educable

            Aristoteles(384-322 sebelum masehi), seorang ahli fikir yunani menyatakan dalam ajaranya, bahwa manusia adalah ZOON POLITICON, artinya pada dasarnya manusia adalah makhluk yang ingin selalu bergaul dengan berkumpul dengan manusia, jadi makhluk yang bermasyarakat . dari sifat suka bergaul dan bermasyarakat itulah manusia dikenal sebagai makhluk sosial.
Aristoteles mendefinisikan manusia. Aristoteles, seorang filosof Yunani, terkenal dengan gagasannya tentang manusia sebagai makhluk sosial; makhluk yang hidup bersama manusia yang lain; makhluk yang ada dan berelasi dengan manusia lain. Bahwa manusia itu makhluk sosial tidak hanya bermaksud menegaskan ide tentang kewajiban manusia untuk bersosialisasi dengan sesamanya, melainkan ide tentang makhluk sosial terutama bermaksud menunjuk langsung pada kesempurnaan identitas dan jati diri manusia. Mengapa demikian? Sosialitas adalah kodrat manusia. Manusia tidak bisa hidup sendirian. Manusia memerlukan manusia lain. Secara kodrati, manusia adalah makhluk yang memiliki kecenderungan untuk hidup dalam kebersamaan dengan yang lain untuk belajar hidup sebagai manusia. Manusia adalah makhluk yang mencari kesempurnaan dirinya dalam tata hidup bersama.
            Manusia lahir, tumbuh dan menjadi insan dewasa karena dan bersama manusia lain. Maka definisi manusia sebagai makhluk sosial secara langsung bermaksud menegaskan bahwa hanya dalam lingkup tata hidup bersama kesempurnaan manusia akan menemukan kepenuhannya. Hidup dan perkembangan manusia, bahkan apa yang disebut dengan makna dan nilai kehidupan manusia hanya mungkin terjadi dalam konteks kebersamaan dengan manusia lain. Makna dan nilai hidup akan tertuang secara nyata apabila manusia mengamini dan mengakui eksistensi sesamanya. Juga pemekaran sebuah kepribadian akan mencapai kepenuhannya jika manusia mampu menerima kehadiran sesamanya
Apa yang menjadi tujuan hidup bersama? Tujuannya adalah good life. Hidup bersama ada secara natural karena masing-masing pribadi menghendakinya. Masing-masing pribadi menghendakinya karena sadar bahwa kesempurnaan dirinya hanya tercapai melalui kebersamaanya dengan manusia yang lain. Hidup bersama dengan demikian bukan pertama-tama sebuah “gerombolan” tanpa tujuan, melainkan sebuah kesatuan dan sistem yang terarah kepada kesempurnaan dan keutuhan masing-masing individu. Hidup bersama ada pertama-tama untuk memenuhi kehendak dan tujuan setiap pribadi manusia untuk menyempurnakan dirinya. Inilah yang dimaksud good life, yaitu teraktualisasinya kesempurnaan hidup masing-masing manusia dalam konteks hidup bersama.
           Dalam pemikiran Aristoteles, manusia sebagai pribadi sungguh-sungguh merupakan elemen yang sangat penting dan fundamental bagi tata hidup bersama. Konsekuensi logis dari penegasan ini adalah bahwa setiap manusia harus memiliki komitmen untuk memperhatikan sesamanya dan berupaya untuk memusatkan diri pada mereka. Disposisi altruistis ini terutama dapat tercetus dari ketulusan dan dedikasi setiap individu dalam memotivasi diri sendiri dan orang lain untuk secara terus menerus mengupayakan hidup yang sempurna dan hidup yang selalu terarah pada apa yang baik bagi sesamanya

2.4 Pengertianpendidikan, ta'lim,ta'dibdan tarbiyah
Adapun Pengertian ta’lim, ta’dib, dan tarbiyah adalah sebagai berikut:
1.Ta’lim
secara bahasa berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta’liman), secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Abdul Fattah Jalal, ta’lim merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya ( ketrampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim, berarti adalah usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi ‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’ seperti yang digambarkan dalam surat An Nahl ayat 78, “dan Allah mengeluarkan dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.


2. Ta’dib,
merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban, yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah ta’dib diartikan sebagai proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar.
Menurut Sayed Muhammad An-Nuquib Al-Attas, kata ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud keberadaan-Nya. Definisi ini, ta’dib mencakup unsur-unsur pengetahuan (ilmu), pengajaran (ta’lim), pengasuhan (tarbiyah). Oleh sebab itu menurut Sayed An-Nuquib Al Attas, tidak perlu mengacu pada konsep pendidikan dalam Islam sebagai tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib sekaligus. Karena ta’dib adalah istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan dalam arti Islam.

3.Tarbiyah,
Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan, sedangkan orang yang mendidik dinamakan Murobi. Secara umum, tarbiyah dapat dikembalikan kepada 3 kata kerja yg berbeda, yakni:
1. Rabaa-yarbuu yg bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang.
2. Rabiya-yarbaa yg bermakna nasya-a, tara’ra-a, artinya tumbuh.
3. Rabba-yarubbu yg bermakna aslahahu, tawallaa amrahu, sasa-ahuu, wa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang artinya masing memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik).
Makna tarbiyah adalah sebagai berikut:
1. proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara  
    berkelanjutan, dengan tujuan akhir si anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri di tengah
    masyarakat.
2. kegiatan yg disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak, dan menyenangkan
    (tidak membosankan).
3. menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan tanpa batas sesuai syariat
    Allah SWT.
4. proses yg dilakukan dengan pengaturan yg bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yg mudah
    kepada yg sulit.
5. mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yg mudah diterima sehingga ia dapat
    mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
6. kegiatan yg mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu,
    pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan, dan perasaan memiliki terhadap anak.


Menurut pengertian di atas, tarbiyah diperuntukkan khusus bagi manusia yang mempunyai potensi rohani, sedangkan pengertian tarbiyah yang dikaitkan dengan alam raya mempunyai arti pemeliharaan dan memenuhi segala yang dibutuhkan serta menjaga sebab-sebab eksistensinya.
Analisis perbandingan antara konsep ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah
Istilah ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan mendidikanak.
Dalam ta’lim, titik tekannya adalah penyampain ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak. Oleh karena itu ta’lim di sini mencakup aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang di butuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.Sedangkan pada tarbiyah, titik tekannya difokuskan pada bimbingan anak supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara sempurna. Yaitu pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik pribadi.Adapun ta’dib, titik tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.
Denga pemaparan ketiga konsep di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiganya mempunyai satu tujuan dalam dunia pendidikan yaitu menghantarkan anak didik menjadi yang “seutuhnya”, perfect man, sehingga mampu mengarungi kehidupan ini dengan baik. waAllahu ‘alam.


2.5 Pendidikan sebagai Disilplin Ilmu Pendidikan
       Pada penjelasan point B telah dijelaskan secara singkat mengenai Pendidikansebagai system. Dalam penjelasan point ini akan dibahas bahwa pendidikan sebagaidisiplin ilmu pendidikan yang berarti bahwa di dalam tujuan pendidikan nasional secaraumum adalah bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusiaIndonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YangMaha Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawabkemasyarakatan dan kebangsaan. Disinilah diperlukannya tenaga pendidik yangberkualitas dalam rangka menyukseskan tujuan pendidikan nasional. Disinilah peran daripendidikan dijadikan sebagai sebuah subsistem dari ilmu pendidikan itu sendiri. Karena,sang pendidik akan di ajarkan mengenai teori-teori tentang pendidikan yang tercakupdalam sebuah system ilmu pendidikan.

2.6 Tujuan Ilmu Pendidikan
       Telah dipaparkan dalam pembahasan di atas bahwasanya tujuan pendidikanterdapat beberapa definisi, sedangkan tujuan ilmu pendidikan adalah dalam rangka untuk membentuk pola pikir dan karakter sang pendidik guna mendidik para peserta didik agartujuan pendidikan dapat terlaksana dengan baik dan optimal, disinilah tujuan dari ilmupendidikan itu sendiri.

2.7  orientasi ilmu pendidikan
      Adapun orientasi ilmu pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya
    Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatanpewarisan budaya    
    dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebutmengalami proses
    transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai  
    yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran,rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
2. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
    Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan  
    Yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.  
    Prosespembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka
    yangbelum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas  
    usaha sendiri.
3. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara
    Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yangterencana   
    untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
4. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
    Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbingpeserta
    didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupapembentukan
    sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadimisi penting dari
    pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.



2.8 Ruang lingkup ilmu pendidikan

       Lembaga pendidikan adalah wadah/ tempat berlangsungnya pendidikan dimanapendidikan tersebut dilaksanakan.

A.Lembaga Pendidikan Keluarga
1.Fungsi Pendidikan Keluarga
 a. Pengalaman pertama masa kanak-kanak Seorang anak adalah seperti kertas putih, dengan
    demikian terserahkepada orang tua (keluarga) untuk member corak warna yang
    dikehendakiterhadap anaknya. Orang tua berkewajiban memberikan pendidikan    
    kepadaanaknya dan membina hubungan yang baik dengan anaknya, karena hal inisangat
    penting untuk perkembangan jiwa dari si anak
.b.Membentuk kehidupan emosional anakKehidupan emosional merupakan salah satu faktor
    terpenting dalammembentuk pribadi seseorang. Kelainan dalam perkembangan pribadi     
    individuanak disebabkan kurang berkembangnya kehidupan emosional anak secarawajar.

Penyebabnya adalah :
- Sejak kecil dibesarkan di rumah panti asuhan, atau rumah sakit. Hal inimenyebabkan anak
   kekurangan perhatian dan kasih sayang orang tua, yangmerupakan bagian dari emosional anak.
 -Kesibukan orang tua, suasana keluarga yang broken home serta kehidupankeagamaan keluarga
  yang tidak religius dapat menyebabkan anak tumbuhtanpa/ kurang adanya perhatian dan kasih
  sayang orang tua, akibatnya anaklari ke hal-hal negatif seperti melakukan tindak kejahatan atau
  kriminal(pencurian, perkelahian gank dan sebagainya). 

c.Menanamkan dasar pendidikan moralKeluarga merupakan wadah untuk anak-anak belajar
   mengenai moral.Penanaman dasar-dasar moral dari anak biasanya tercermin dari perilaku
   anakyang akan cenderung mencontoh orang tua. Segi positif dari mencontoh iniadalah anak
   akan menyamakan diri dengan orang tua yang ditiru, namun akanmenjadi berakibat buruk jika
   perilaku orang tua yang dicontoh adalah negatif,misalnya perokok dan mabuk-mabukan. Jadi
  sebagai orang tua sebaiknyamemberikan dan selalu berperilaku yang prositif untuk anak-
  anaknya disamping juga memberikan pendidikan moral dan nilai kepada anak.


d.Memberikan dasarpendidikan sosialPada dasarnya keluarga adalah lembaga sosial yang
   minimal terdiri dariayah, ibu dan anak. Dasar pendidikan sosial dapat dipupuk sejak dini,
   yaitudengan menanamkan budaya keluarga yang saling tolong menolong antarsesama anggota   
   keluarga, gotong royong membersihkan rumah, menolong danmenjenguk saudara atau kerabat
   yang sedang sakit.
e Peletakan dasar keagamaanMasa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk
   menanamkandasar-dasar kehidupan keagamaan. Anak-anak sebaiknya dibiasakan
   untukberibadah di Masjid, Gereja, Wihara dan Pura untuk masing-masing agama yangdianut.
   Kenyataan membuktikan bahwa anak-anak yang tidak terbiasa hidup dantaat menjalankan
   ibadah maka pada dewasanya tidak akan memiliki perhatiandan hidup sesuai ajaran agama.

B.Lembaga Pendidikan Sekolah
            Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalamkeluarga. Pendidikan di sekolah ini maksudnya adalah pendidikan yang diperolehseseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat dan mengikuti syarat-syaratyang jelas dan ketat (mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi).Beberapa karakteristik proses pendidikan yang berlangsung di lembagapendidikan sekolah :
1.Pendidikan diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yangmemiliki hubungan
   hierarkis.
2.Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relatif homogen
.Waktu pendidikan relatif sama sesuai dengan program pendidikan yangharus diselesaikan
4.Materi lebih bersifat akademis dan umum.
5.Adanya penekanan kualitas pendidikan.

Adapun Fungsi lembaga pendidikan sekolah
Fungsi sekolah berdasarkan kurikulum adalah :
-Sebagai wadah anak didik bergaul antara sesama anak didik, antara gurudengan anak didik dan
  antara anak didik dengan orang yang bukan guru(karyawan).
-Sebagai wadah anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah.
-Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang bergunabagi agama, bangsa
  dan Negara.

Fungsi sekolah secara umum adalah :
  -Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.
  -Spesialisasi : bidang pendidikan
  -Sosialisasi : individu anak didik menjadi makhluk social
  -Konservasi dan transmisi kultural : memelihara warisan budaya (transmisibudaya).
  -Transisi dari rumah ke masyarakat : anak belajar bertanggung jawab sebagaipersiapan sebelum
    ke masyarakat.

Adapun Macam-macam sekolah
a.Ditinjau dari segi yang mengusahakan : sekolah negeri dan sekolah swasta.
b.Ditinjau dari segi tingkatan : SD / MI, SMP / MTs, SMA / MA, SMK / MAK,Akademi/ Institut/ Sekolah Tinggi/ Universitas.
c.Ditinjau dari sifatnya : sekolah umum : SMP, SMA; sekolah kejuruan : SMEA, SMK

C.Lembaga Pendidikan Masyarakat

Ciri-cirinya adalah :
-Diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah
.-Peserta pada umumnya adalah mereka yang sudah tidak bersekolah / dropout.
-Peserta tidak perlu homogen.
-Isi pendidikan bersifat praktis.
-Keterampilan kerja sangat ditekankan sebagai jawaban akan kebutuhan.
Sasaran :
      Masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagaipengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukungpenddidikan sepanjang hayat.


Fungsi :
       Mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaanpengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan kepribadian.
Jenis :
       Pendidikan kecakapan hidup, kepemudaan, pemberdayaan perempuan,keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan dalam bentuk lembaga kursus, sanggaryang digunakan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

2.9  Urgenitas ilmu pendidikan untuk profesionalisme guru
      Guru merupakan salah satu unsur pendidikan yang memiliki peran dalam memajukan peserta didik,guru memiliki tanggung jawab memberikan pengetahuan sehingga peserta didik tumbuh dan berkembang dengan baik dan dewasa,dan guru termasuk pendidik sebagai jabatan atau profesi.Seorang guru harus memiliki 5 hal yaitu:
1.Guru memiliki komitmen pada siswa dan belajarnya
2.guru menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran
3.guru bertanggung jawab memantau hasil belajar
4.guru mampu berfikir sistematis
5.guru merupakan bagian dari mayarakat

2.10 Urgensitas ilmu pendidikan untuk kemajuan masyarakat
      Arti penting pendidikan dalam masyarakat:
1.Pendidikan adalah bagian dari kehidupan masyarakat
2.Kemajuan teknologi menuntun masyuarakat untuk mendapatkan pendidikan yang laya untuk
   kehidupan yang  lebih baik.



BAB III
PENUTUP

           Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sifat hakekat manusia itu merupakan cirri-ciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan antara manusia dan hewan,yang dimana dalam perwujudannya bias dilihat dari kemampuan diri,bereksistensi,kata Hati,tanggung jawab,rasa kebebasan dan kemampuan menghayati kebahagiaan.
          Adapun dimensi-dimensi hakekat manusia antara lain dimensi keindividuaan,kesosialan,kesusilaan dan keberagaman.Dan untuk pengertian dari ta’lim adalah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan,sedangkan ta’dib adalah  berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah ta’dib diartikan sebagai proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar,sedangkan tarbiyah adalah berarti pendidikan.


Daftar pustaka

Adiwikarta, S. (1988). Sosiologi Pendidikan: Isyu Hipotesis Tentang Hubungan
           Pendidikan dengan Masyarakat. Jakarta: Departemen P dan K.
Dirto Hadisusanto dkk. 1995. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Faultas
          Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta
Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar