PSEUDO
EDUCATION DAN PENDIDIKAN DALAM SISTEM KEILMUAN
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH
Pengantar Pendidikan
yang dibina oleh Bapak Syaad Patmanthara
Nama (NIM):
Lindri Mulyati
(120534400689)/OFF C
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
Oktober 2012
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR
ISI.................................................................................................................................i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................... 5
1.3 Tujuan................................................................................................................................. 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dimensi manusia
dan potensinya ...................................................................................... 6
2.2 pengembangan jati diri manusia ....................................................................................... 10
2.3 pengertian Manusia; ZoonPolitican dan Homo
educable.................................................. 11
2.4 Pengertian pendidikan, ta'lim,ta'dib dan tarbiyah ............................................................. 12
2.5
Pendidikan sebagai disiplin ilmu pendidikan..................................................................... 15
2.6.
Tujuan ilmu pendidikan..................................................................................................... 15
2.7.Orientasi
ilmu pendidikan.................................................................................................. 16
2.
8.Ruang lingkup ilmu pendidikan........................................................................................ 16
2.9
Urgensitas ilmu pendidikan untuk
profesionalisme guru.................................................. 20
2.10Urgensitas ilmu pendidikan untuk kemajuan masyarakat................................................. 20
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 22
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sasaran
pendidikan adalah manusia, oleh karena itu seorang pendidik haruslah memiliki
gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya.Manusia adalah mahluk
Tuhan yang paling sempurna yang memiliki ciri khas yang secara prinsipiil
bereda dari hewan.
Ciri khas manusia yang membedakan dengan hewan ialah hakikat
manusia.Disebut hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya
dimiliki manusia dan tidak dimiliki hewan.Dengan pemahaman yang jelas tentang
hakikat manusia maka seorang pendidik diharapan dapat membuat peta
karakteristik manusia, sebagai acuan baginya dalam bersikap, menyusun strategi,
metode, dan teknik.
Pendidikan di masa depan adalah
pendidikan yang demokratis dan pendidikan yang demokratis hanya dapat
diwujudkan dalam masyarakat, bangsa dan negara yang juga demokratis. Demokrasi,
termasuk demokrasi pendidikan, memang tidak menyembuhkan berbagai penyakit
pembangunan, termasuk untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, tetapi
demokrasi memberikan peluang terbaik bagi terlaksananya keadilan dan
terhormatinya harkat dan martabat kemanusiaan. Pendidikan yang demokratis akan
menghasilkan lulusan yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan
mampu mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan publik. Secara sederhana
konteks demokrasi ini menunjukkan adanya pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat. Sistem demokrasi nilai – nilai masyarakat dalam suatu negara,
dan memberikan kebebasan bertindak sesuai dengan kehendaknya dalam batasan
normatife tertentu.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimana
dimensi manusia dan potensinya?
2.Bagaimana
pengembangan jati diri manusia?
3.Bagaimana
pengertian Manusia; ZoonPolitican
dan Homo educable?
4.Bagaimana Pengertian pendidikan,
ta'lim,ta'dib dan tarbiyah?
5.Bagaimana Pendidikan sebagai disiplin ilmu
pendidikan?
6.Bagaimana
Tujuan ilmu pendidikan?
7.Bagaimana
Orientasi ilmu pendidikan?
8.Bagaimana
Ruang lingkup ilmu pendidikan?
9.Bagaimana Urgensitas ilmu pendidikan untuk profesionalisme
guru?
10.Bagaimana Urgensitas
ilmu pendidikan untuk kemajuan masyarakat?
1.3 Tujuan
1.Mengetahui dimensi
manusia dan potensinya
2 Mengetahui pengembangan jati diri manusia
3.Mengetahui pengertian Manusia; ZoonPolitican dan Homo
education?
4.Mengetahui Pengertian pendidikan, ta'lim,ta'dib dan
tarbiyah
5 Mengetahui Pendidikan
sebagai disiplin ilmu pendidikan
6.Mengetahui Tujuan ilmu
pendidikan
7.Mengetahui Orientasi ilmu
pendidikan
8.Mengetahui
Ruang lingkup ilmu pendidikan
9.Mengetahui
Urgensitas ilmu pendidikan untuk profesionalisme guru
10. Mengetahui
Urgensitas ilmu pendidikan untuk kemajuan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Memahami
dimensi manusia dan potensinya
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai cirri-ciri
karakteristik, yang secara prinsipil ( jadi bukan hanya gradual ) membedakan
manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dan hewan banyak kemiripan terutama
jika dilihat dari segi biologisnya. Bahkan beberapa filosof seperti Socrates
menamakan manusia itu zoon politicon ( hewan yang bermasyarakat ), Max Scheller
menggambarkan manusia sebagai Das Kranke tier ( Hewan yang sakit ) yang selalu
gelisah dan bermasalah.
Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan
yang keliru, mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara gradual
yaitu suatu perbedaan yang dengan melalui proses rekayasa dapat dibuat sama
keadaannya, misalnya air yang karena perubahan temperature lalu menjadi es.
Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan, orang hutan dapat dirubah
menjadi manusia.
Sifat hakikat manusia dapat diartikan sebagai ciri-ciri
karakteristik, yang secara prinsipiil membedakan manusia dari hewan.
2.1.1
Wujud Sifat Hakikat Manus
1. Kemampuan Menyadari Diri
Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan
pada adanya kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh manusia.Berkat
adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia
menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri.
Drijarkara (Drijarkara,:138) menyebut kemampuan tersebut
dengan istilah “meng-Aku”, yaitu kemampun mengeksplorasi potensi-pontensi diri
yang ada pada diri, dan memehami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan yang
dapat dikembangkan sehingga aku dapat berkembang kearah kesempurnaan diri
2.
Kemampuan Bereksistensi
Yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi
batas-batas yang membelenggu dirinya. Karena inilah manusia mempunyai kebebasan
yaitu manusia bukan “ber-ada” melainkan “meng-ada”
3.Kata
Hati (Consecience Of Man)
Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan bahwa
hati itu adalah kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang
baik buruknya perbuatan sebagai manusia.
4.
Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri.
Moral yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai
manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur)
5.Tanggung
Jawab
Yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan
sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.Dengan demikian tanggung jawab dapat
diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai
dengan tuntutan kodrat manusia.
6.Rasa
Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang
sesuai dengan kodrat manusia.Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan
moral.Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai
dengan kodrat manusia
7.
Kewajiban dan Hak
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh
manusia.Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah
memenuhi kewajiban.
8
Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan
manusia.Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan saja, tetapi
merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman
pahit dan penderitaan.
Manusia adalah mahluk yang serba terhubung, dengan
masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan. Dalam krisis total manusia
mengalami krisis hubungan dengan masyarakat dengan lingkungannya, dengan diri
sendiri dan dengan Tuhan. Kebahagiaan hanya dapat dicapai apabila manusia
meningkatkan kualitas hubungannya sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba
terhubung dan dengan memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
2.1.2
Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya
1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai “ orang seorang ”,
sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide).
(Lysen, individu dan masyarakat:4).Manusia sebagai makhluk individu mempunyai
jiwa dan raga yang dalam perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Kedua unsur itu merupakan monodualis, yang selalu berkembang kearah yang lebih
baik dan lebih sempurna.
Dalam memberikan pendidikan kepada individu hendaklah para pendidik
memperhatikan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap anak
manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari
yang lain, atau menjadi dirinya sendiri. Seorang pakar pendidikan tersohor
ditanah belanda, M.J. Langeveld bahwa setiap orang memiliki individualitas.
(M.J. Langeveld, 1955:54)
2. Dimensi
Kesosialan
Menurut M.J. Langeveld (1955) sifat hakikat manusia adalah
makhluk social, individualitas, dan moralitas.Sifat sosialitas menjadi dasar
dan tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan
setiap anak dan kelompoknya. Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan social
pada setiap waktu, yang dimaksud dengan interaksi social adalah suatu hubungan
antara dua atau lebih individu manusia dimana tingkah laku individu yang satu
mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki tingkah laku yang lain.
Sebagai makhluk social, mereka saling membutuhkan, saling
membantu, dan saling melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi dengan
manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan
wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya.
Dalam hal ini, tugas pendidikan ialah mengembangkan semua
potensi social sehingga manusia sebagai makhluk social mampu berperan, dan mampu
menyesuaikan diri dengan masyarakat.Diharapakan melalui pendidikan manusia
dapat mengembangkan secara seimbang aspek individual dan aspek sosialnya.
Ahli
pendidikan membagi kebutuhan manusia sebagai berikiut:
3.
Dimensi Kesusilaan
Pengertian susila dapat diartikan sebagai kepantasan yang
lebih tinggi.Dalam masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan yang menyangkut
kesusilaan terkait dengan etika dan etiket. Jika etika dilanggar ada orang lain
yang dirugikan. Sedangkan etiket bila dilanggar maka hanya menimbulkan orang
lain tidak senang.Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan
nilai-nilai. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijungjung tinggi oleh manusia
karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemulyaan dan sebagainya.Pada
hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan nilai-nilai
susila dan melaksanakannya.
Sehingga
dengan demikian dapat dikatakan manusia bila memiliki nilai-nilai, menghayati
dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.
4.
Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Pandangan
Martin Buber “ bahwa manusia adalah makhluk Tuhan dan sekaligus mengandung
kemungkinan baik dan jahat” adalah sesuai dengan pandangan manusia sebagai
makhluk Tuhan”.Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang akan
menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam dikemukakan “Tiap anak
dilahirkan bersih, suci, orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi,
Nasrani, atau Majusi”.Agama merupakan sandaran vertical bagi manusia. Manusia
dapat memahami agama melalui proses pendidikan agama. Ph. Kohnstamm berpendapat
bahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang tua.
Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukan
pendidikan agama kedalam kurikulum di sekolah, mulai dari SD s/d PT. disini
perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui pelajaran agama
ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa tekanannya adalah pendidikan
agama dan bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan
agama. Jadi segi-segi afektif harus di utamakan.
2.2 Pendidikan dan
pengembangan jati diri manusia
Sehubungan
dengan itu ada dua kemungkinan yang terjadi:
1. Pengembangan Yang Utuh,
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia
ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri
secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberi
pelayanan atas perkembangannya.Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat
dari berbagai segi yaitu : wujud dimensi dan arahnya.Keutuhan terjadi antara
aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan,
kesusilaan, dan keberagamaan, antara antara aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor,.Pengembangan aspek jasmaniyah dan rohaniah dikatakan utuh jika
keduanya mendapat pelayanan secara seimbang.
Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan,
dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan
dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya.Keutuhan
pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada pengembangan
dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan secara terpadu.
2. Pengembangan Yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap terhadap dimensi
hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan ada unsur dimensi
hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan
didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif
didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada
domain tingkah laku yang terabaikan penangannya.
3.Sosok
Manusia Seutuhnya
Sosok manusia seutuhnya berarti bahwa pembangunn itu tidak
hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, kesehatan, ataupun
kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengelurkan pendapat
yang bertanggung jawab melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan
diantara keduanya sekaligus batiniah.selanjutnya juga diartikan bahwa
pembanguinan itu merata diseluiruh tanah air bukan hanya untuk golongan atau
sebagian dari masyarakat. Selanjutnya juga diartikan keselarasan hubungan
manusia dengan Tuhannya , antara sesama manusia, antara manusia dengan
lingkungan sekitarnya, keselerasian antar bangsa-bangsa dan juga keselarasan
antara cita-cita hidup didunia dengan kebahagiaan di akhirat.
2.3 Manusia; ZoonPolitican
dan Homo educable
Aristoteles(384-322
sebelum masehi), seorang ahli fikir yunani menyatakan dalam ajaranya, bahwa
manusia adalah ZOON POLITICON, artinya pada dasarnya manusia adalah makhluk
yang ingin selalu bergaul dengan berkumpul dengan manusia, jadi makhluk yang
bermasyarakat . dari sifat suka bergaul dan bermasyarakat itulah manusia
dikenal sebagai makhluk sosial.
Aristoteles mendefinisikan manusia. Aristoteles, seorang filosof Yunani, terkenal dengan gagasannya tentang manusia sebagai makhluk sosial; makhluk yang hidup bersama manusia yang lain; makhluk yang ada dan berelasi dengan manusia lain. Bahwa manusia itu makhluk sosial tidak hanya bermaksud menegaskan ide tentang kewajiban manusia untuk bersosialisasi dengan sesamanya, melainkan ide tentang makhluk sosial terutama bermaksud menunjuk langsung pada kesempurnaan identitas dan jati diri manusia. Mengapa demikian? Sosialitas adalah kodrat manusia. Manusia tidak bisa hidup sendirian. Manusia memerlukan manusia lain. Secara kodrati, manusia adalah makhluk yang memiliki kecenderungan untuk hidup dalam kebersamaan dengan yang lain untuk belajar hidup sebagai manusia. Manusia adalah makhluk yang mencari kesempurnaan dirinya dalam tata hidup bersama.
Aristoteles mendefinisikan manusia. Aristoteles, seorang filosof Yunani, terkenal dengan gagasannya tentang manusia sebagai makhluk sosial; makhluk yang hidup bersama manusia yang lain; makhluk yang ada dan berelasi dengan manusia lain. Bahwa manusia itu makhluk sosial tidak hanya bermaksud menegaskan ide tentang kewajiban manusia untuk bersosialisasi dengan sesamanya, melainkan ide tentang makhluk sosial terutama bermaksud menunjuk langsung pada kesempurnaan identitas dan jati diri manusia. Mengapa demikian? Sosialitas adalah kodrat manusia. Manusia tidak bisa hidup sendirian. Manusia memerlukan manusia lain. Secara kodrati, manusia adalah makhluk yang memiliki kecenderungan untuk hidup dalam kebersamaan dengan yang lain untuk belajar hidup sebagai manusia. Manusia adalah makhluk yang mencari kesempurnaan dirinya dalam tata hidup bersama.
Manusia lahir, tumbuh dan menjadi insan dewasa
karena dan bersama manusia lain. Maka definisi manusia sebagai makhluk sosial
secara langsung bermaksud menegaskan bahwa hanya dalam lingkup tata hidup
bersama kesempurnaan manusia akan menemukan kepenuhannya. Hidup dan
perkembangan manusia, bahkan apa yang disebut dengan makna dan nilai kehidupan
manusia hanya mungkin terjadi dalam konteks kebersamaan dengan manusia lain.
Makna dan nilai hidup akan tertuang secara nyata apabila manusia mengamini dan
mengakui eksistensi sesamanya. Juga pemekaran sebuah kepribadian akan mencapai
kepenuhannya jika manusia mampu menerima kehadiran sesamanya
Apa yang menjadi tujuan hidup bersama? Tujuannya adalah good life. Hidup bersama ada secara natural karena masing-masing pribadi menghendakinya. Masing-masing pribadi menghendakinya karena sadar bahwa kesempurnaan dirinya hanya tercapai melalui kebersamaanya dengan manusia yang lain. Hidup bersama dengan demikian bukan pertama-tama sebuah “gerombolan” tanpa tujuan, melainkan sebuah kesatuan dan sistem yang terarah kepada kesempurnaan dan keutuhan masing-masing individu. Hidup bersama ada pertama-tama untuk memenuhi kehendak dan tujuan setiap pribadi manusia untuk menyempurnakan dirinya. Inilah yang dimaksud good life, yaitu teraktualisasinya kesempurnaan hidup masing-masing manusia dalam konteks hidup bersama.
Dalam pemikiran Aristoteles, manusia sebagai pribadi sungguh-sungguh merupakan elemen yang sangat penting dan fundamental bagi tata hidup bersama. Konsekuensi logis dari penegasan ini adalah bahwa setiap manusia harus memiliki komitmen untuk memperhatikan sesamanya dan berupaya untuk memusatkan diri pada mereka. Disposisi altruistis ini terutama dapat tercetus dari ketulusan dan dedikasi setiap individu dalam memotivasi diri sendiri dan orang lain untuk secara terus menerus mengupayakan hidup yang sempurna dan hidup yang selalu terarah pada apa yang baik bagi sesamanya
Apa yang menjadi tujuan hidup bersama? Tujuannya adalah good life. Hidup bersama ada secara natural karena masing-masing pribadi menghendakinya. Masing-masing pribadi menghendakinya karena sadar bahwa kesempurnaan dirinya hanya tercapai melalui kebersamaanya dengan manusia yang lain. Hidup bersama dengan demikian bukan pertama-tama sebuah “gerombolan” tanpa tujuan, melainkan sebuah kesatuan dan sistem yang terarah kepada kesempurnaan dan keutuhan masing-masing individu. Hidup bersama ada pertama-tama untuk memenuhi kehendak dan tujuan setiap pribadi manusia untuk menyempurnakan dirinya. Inilah yang dimaksud good life, yaitu teraktualisasinya kesempurnaan hidup masing-masing manusia dalam konteks hidup bersama.
Dalam pemikiran Aristoteles, manusia sebagai pribadi sungguh-sungguh merupakan elemen yang sangat penting dan fundamental bagi tata hidup bersama. Konsekuensi logis dari penegasan ini adalah bahwa setiap manusia harus memiliki komitmen untuk memperhatikan sesamanya dan berupaya untuk memusatkan diri pada mereka. Disposisi altruistis ini terutama dapat tercetus dari ketulusan dan dedikasi setiap individu dalam memotivasi diri sendiri dan orang lain untuk secara terus menerus mengupayakan hidup yang sempurna dan hidup yang selalu terarah pada apa yang baik bagi sesamanya
2.4 Pengertianpendidikan, ta'lim,ta'dibdan tarbiyah
Adapun
Pengertian ta’lim, ta’dib, dan tarbiyah adalah sebagai berikut:
1.Ta’lim
secara bahasa berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta’liman), secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Abdul Fattah Jalal, ta’lim merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya ( ketrampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim, berarti adalah usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi ‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’ seperti yang digambarkan dalam surat An Nahl ayat 78, “dan Allah mengeluarkan dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.
2. Ta’dib,
merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban, yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah ta’dib diartikan sebagai proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar.
Menurut Sayed Muhammad An-Nuquib Al-Attas, kata ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud keberadaan-Nya. Definisi ini, ta’dib mencakup unsur-unsur pengetahuan (ilmu), pengajaran (ta’lim), pengasuhan (tarbiyah). Oleh sebab itu menurut Sayed An-Nuquib Al Attas, tidak perlu mengacu pada konsep pendidikan dalam Islam sebagai tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib sekaligus. Karena ta’dib adalah istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan dalam arti Islam.
3.Tarbiyah,
Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan, sedangkan orang yang mendidik dinamakan Murobi. Secara umum, tarbiyah dapat dikembalikan kepada 3 kata kerja yg berbeda, yakni:
1. Rabaa-yarbuu yg bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang.
2. Rabiya-yarbaa yg bermakna nasya-a, tara’ra-a, artinya tumbuh.
3. Rabba-yarubbu yg bermakna aslahahu, tawallaa amrahu, sasa-ahuu, wa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang artinya masing memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik).
Makna tarbiyah adalah sebagai berikut:
1. proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara
1.Ta’lim
secara bahasa berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta’liman), secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Abdul Fattah Jalal, ta’lim merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya ( ketrampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim, berarti adalah usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi ‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’ seperti yang digambarkan dalam surat An Nahl ayat 78, “dan Allah mengeluarkan dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.
2. Ta’dib,
merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban, yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah ta’dib diartikan sebagai proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar.
Menurut Sayed Muhammad An-Nuquib Al-Attas, kata ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud keberadaan-Nya. Definisi ini, ta’dib mencakup unsur-unsur pengetahuan (ilmu), pengajaran (ta’lim), pengasuhan (tarbiyah). Oleh sebab itu menurut Sayed An-Nuquib Al Attas, tidak perlu mengacu pada konsep pendidikan dalam Islam sebagai tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib sekaligus. Karena ta’dib adalah istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan dalam arti Islam.
3.Tarbiyah,
Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan, sedangkan orang yang mendidik dinamakan Murobi. Secara umum, tarbiyah dapat dikembalikan kepada 3 kata kerja yg berbeda, yakni:
1. Rabaa-yarbuu yg bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang.
2. Rabiya-yarbaa yg bermakna nasya-a, tara’ra-a, artinya tumbuh.
3. Rabba-yarubbu yg bermakna aslahahu, tawallaa amrahu, sasa-ahuu, wa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang artinya masing memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik).
Makna tarbiyah adalah sebagai berikut:
1. proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara
berkelanjutan,
dengan tujuan akhir si anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri di tengah
masyarakat.
2. kegiatan yg disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak, dan menyenangkan
2. kegiatan yg disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak, dan menyenangkan
(tidak
membosankan).
3. menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan tanpa batas sesuai syariat
3. menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan tanpa batas sesuai syariat
Allah SWT.
4. proses yg dilakukan dengan pengaturan yg bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yg mudah
4. proses yg dilakukan dengan pengaturan yg bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yg mudah
kepada yg
sulit.
5. mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yg mudah diterima sehingga ia dapat
5. mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yg mudah diterima sehingga ia dapat
mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
6. kegiatan yg mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu,
6. kegiatan yg mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu,
pemberian
petunjuk, bimbingan, penyempurnaan, dan perasaan memiliki terhadap anak.
Menurut pengertian di atas, tarbiyah diperuntukkan khusus bagi manusia yang mempunyai potensi rohani, sedangkan pengertian tarbiyah yang dikaitkan dengan alam raya mempunyai arti pemeliharaan dan memenuhi segala yang dibutuhkan serta menjaga sebab-sebab eksistensinya.
Analisis perbandingan antara konsep ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah
Istilah ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan mendidikanak.
Dalam ta’lim, titik tekannya adalah penyampain ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak. Oleh karena itu ta’lim di sini mencakup aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang di butuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.Sedangkan pada tarbiyah, titik tekannya difokuskan pada bimbingan anak supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara sempurna. Yaitu pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik pribadi.Adapun ta’dib, titik tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.
Denga pemaparan ketiga konsep di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiganya mempunyai satu tujuan dalam dunia pendidikan yaitu menghantarkan anak didik menjadi yang “seutuhnya”, perfect man, sehingga mampu mengarungi kehidupan ini dengan baik. waAllahu ‘alam.
2.5 Pendidikan sebagai Disilplin Ilmu Pendidikan
Pada penjelasan point B telah dijelaskan
secara singkat mengenai Pendidikansebagai system. Dalam penjelasan point ini
akan dibahas bahwa pendidikan sebagaidisiplin ilmu pendidikan yang berarti
bahwa di dalam tujuan pendidikan nasional secaraumum adalah bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusiaIndonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YangMaha Esa, dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawabkemasyarakatan dan kebangsaan. Disinilah diperlukannya
tenaga pendidik yangberkualitas dalam rangka menyukseskan tujuan pendidikan
nasional. Disinilah peran daripendidikan dijadikan sebagai sebuah subsistem
dari ilmu pendidikan itu sendiri. Karena,sang pendidik akan di ajarkan mengenai
teori-teori tentang pendidikan yang tercakupdalam sebuah system ilmu
pendidikan.
2.6 Tujuan Ilmu Pendidikan
Telah dipaparkan dalam pembahasan di
atas bahwasanya tujuan pendidikanterdapat beberapa definisi, sedangkan tujuan
ilmu pendidikan adalah dalam rangka untuk membentuk pola pikir dan
karakter sang pendidik guna mendidik para peserta didik agartujuan pendidikan
dapat terlaksana dengan baik dan optimal, disinilah tujuan dari ilmupendidikan
itu sendiri.
2.7 orientasi ilmu
pendidikan
Adapun orientasi ilmu pendidikan adalah
sebagai berikut:
1.
Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya,
pendidikan diartikan sebagai kegiatanpewarisan budaya
dari satu generasi ke generasi yang lain.
Nilai-nilai budaya tersebutmengalami proses
transformasi dari generasi tua ke generasi
muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai
yang masih cocok diteruskan misalnya
nilai-nilai kejujuran,rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
2.
Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi,
pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan
Yang sistematis dan sistemik terarah kepada
terbentuknya kepribadian peserta didik.
Prosespembentukan pribadi melalui 2 sasaran
yaitu pembentukan pribadi bagi mereka
yangbelum dewasa oleh mereka yang sudah
dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas
usaha sendiri.
3.
Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara
Pendidikan sebagai penyiapan
warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yangterencana
untuk membekali peserta didik agar menjadi
warga negara yang baik.
4.
Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyimpana tenaga
kerja diartikan sebagai kegiatan membimbingpeserta
didik sehingga memiliki bekal dasar utuk
bekerja. Pembekalan dasar berupapembentukan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja
pada calon luaran. Ini menjadimisi penting dari
pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan
pokok dalam kehidupan manusia.
2.8 Ruang lingkup ilmu pendidikan
Lembaga pendidikan adalah wadah/ tempat
berlangsungnya pendidikan dimanapendidikan tersebut dilaksanakan.
A.Lembaga
Pendidikan Keluarga
1.Fungsi Pendidikan
Keluarga
a. Pengalaman pertama masa kanak-kanak Seorang
anak adalah seperti kertas putih, dengan
demikian terserahkepada orang tua
(keluarga) untuk member corak warna yang
dikehendakiterhadap anaknya. Orang tua
berkewajiban memberikan pendidikan
kepadaanaknya dan membina hubungan yang
baik dengan anaknya, karena hal inisangat
penting untuk perkembangan jiwa dari si
anak
.b.Membentuk
kehidupan emosional anakKehidupan emosional merupakan salah satu faktor
terpenting dalammembentuk pribadi
seseorang. Kelainan dalam perkembangan pribadi
individuanak disebabkan kurang
berkembangnya kehidupan emosional anak secarawajar.
Penyebabnya
adalah :
- Sejak
kecil dibesarkan di rumah panti asuhan, atau rumah sakit. Hal inimenyebabkan
anak
kekurangan perhatian dan kasih sayang orang
tua, yangmerupakan bagian dari emosional anak.
-Kesibukan
orang tua, suasana keluarga yang broken home serta kehidupankeagamaan keluarga
yang tidak religius dapat menyebabkan anak
tumbuhtanpa/ kurang adanya perhatian dan kasih
sayang orang tua, akibatnya anaklari ke
hal-hal negatif seperti melakukan tindak kejahatan atau
kriminal(pencurian, perkelahian gank dan
sebagainya).
c.Menanamkan
dasar pendidikan moralKeluarga merupakan wadah untuk anak-anak belajar
mengenai moral.Penanaman dasar-dasar moral
dari anak biasanya tercermin dari perilaku
anakyang akan cenderung mencontoh orang tua.
Segi positif dari mencontoh iniadalah anak
akan menyamakan diri dengan orang tua yang
ditiru, namun akanmenjadi berakibat buruk jika
perilaku orang tua yang dicontoh adalah
negatif,misalnya perokok dan mabuk-mabukan. Jadi
sebagai orang tua sebaiknyamemberikan dan
selalu berperilaku yang prositif untuk anak-
anaknya disamping juga memberikan
pendidikan moral dan nilai kepada anak.
d.Memberikan
dasarpendidikan sosialPada dasarnya keluarga adalah lembaga sosial yang
minimal terdiri dariayah, ibu dan anak.
Dasar pendidikan sosial dapat dipupuk sejak dini,
yaitudengan menanamkan budaya keluarga yang
saling tolong menolong antarsesama anggota
keluarga, gotong royong membersihkan rumah,
menolong danmenjenguk saudara atau kerabat
yang sedang sakit.
e Peletakan
dasar keagamaanMasa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk
menanamkandasar-dasar kehidupan keagamaan.
Anak-anak sebaiknya dibiasakan
untukberibadah di Masjid, Gereja, Wihara dan
Pura untuk masing-masing agama yangdianut.
Kenyataan membuktikan bahwa anak-anak yang
tidak terbiasa hidup dantaat menjalankan
ibadah maka pada dewasanya tidak akan
memiliki perhatiandan hidup sesuai ajaran agama.
B.Lembaga
Pendidikan Sekolah
Pada dasarnya pendidikan di sekolah
merupakan bagian dari pendidikan dalamkeluarga. Pendidikan di sekolah ini
maksudnya adalah pendidikan yang diperolehseseorang di sekolah secara teratur,
sistematis, bertingkat dan mengikuti syarat-syaratyang jelas dan ketat (mulai
dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi).Beberapa karakteristik proses
pendidikan yang berlangsung di lembagapendidikan sekolah :
1.Pendidikan
diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yangmemiliki hubungan
hierarkis.
2.Usia
anak didik di suatu jenjang pendidikan relatif homogen
3 .Waktu
pendidikan relatif sama sesuai dengan program pendidikan yangharus diselesaikan
4.Materi
lebih bersifat akademis dan umum.
5.Adanya
penekanan kualitas pendidikan.
Adapun
Fungsi lembaga pendidikan sekolah
Fungsi
sekolah berdasarkan kurikulum adalah :
-Sebagai
wadah anak didik bergaul antara sesama anak didik, antara gurudengan anak didik
dan
antara anak didik dengan orang yang bukan
guru(karyawan).
-Sebagai
wadah anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah.
-Mempersiapkan
anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang bergunabagi agama, bangsa
dan Negara.
Fungsi sekolah secara umum adalah :
-Mengembangkan
kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.
-Spesialisasi : bidang pendidikan
-Sosialisasi : individu anak didik menjadi
makhluk social
-Konservasi dan transmisi kultural :
memelihara warisan budaya (transmisibudaya).
-Transisi dari rumah ke masyarakat : anak
belajar bertanggung jawab sebagaipersiapan sebelum
ke masyarakat.
Adapun
Macam-macam sekolah
a.Ditinjau
dari segi yang mengusahakan : sekolah negeri dan sekolah swasta.
b.Ditinjau
dari segi tingkatan : SD / MI, SMP / MTs, SMA / MA, SMK / MAK,Akademi/
Institut/ Sekolah Tinggi/ Universitas.
c.Ditinjau
dari sifatnya : sekolah umum : SMP, SMA; sekolah kejuruan : SMEA, SMK
C.Lembaga
Pendidikan Masyarakat
Ciri-cirinya
adalah :
-Diselenggarakan
dengan sengaja di luar sekolah
.-Peserta
pada umumnya adalah mereka yang sudah tidak bersekolah / dropout.
-Peserta
tidak perlu homogen.
-Isi
pendidikan bersifat praktis.
-Keterampilan
kerja sangat ditekankan sebagai jawaban akan kebutuhan.
Sasaran :
Masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagaipengganti, penambah, dan atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukungpenddidikan sepanjang hayat.
Fungsi :
Mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekanan pada penguasaanpengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan kepribadian.
Jenis
:
Pendidikan kecakapan hidup, kepemudaan,
pemberdayaan perempuan,keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan dalam
bentuk lembaga kursus, sanggaryang digunakan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik.
2.9 Urgenitas ilmu
pendidikan untuk profesionalisme guru
Guru merupakan salah satu unsur
pendidikan yang memiliki peran dalam memajukan peserta didik,guru memiliki
tanggung jawab memberikan pengetahuan sehingga peserta didik tumbuh dan
berkembang dengan baik dan dewasa,dan guru termasuk pendidik sebagai jabatan
atau profesi.Seorang guru harus memiliki 5 hal yaitu:
1.Guru
memiliki komitmen pada siswa dan belajarnya
2.guru
menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran
3.guru
bertanggung jawab memantau hasil belajar
4.guru
mampu berfikir sistematis
5.guru
merupakan bagian dari mayarakat
2.10 Urgensitas ilmu pendidikan untuk kemajuan masyarakat
Arti penting pendidikan dalam masyarakat:
1.Pendidikan adalah
bagian dari kehidupan masyarakat
2.Kemajuan
teknologi menuntun masyuarakat untuk mendapatkan pendidikan yang laya untuk
kehidupan yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa sifat hakekat manusia itu merupakan cirri-ciri karakteristik
yang secara prinsipil membedakan antara manusia dan hewan,yang dimana dalam
perwujudannya bias dilihat dari kemampuan diri,bereksistensi,kata Hati,tanggung
jawab,rasa kebebasan dan kemampuan menghayati kebahagiaan.
Adapun dimensi-dimensi hakekat
manusia antara lain dimensi keindividuaan,kesosialan,kesusilaan dan
keberagaman.Dan untuk pengertian dari ta’lim adalah berarti
pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian, pengetahuan dan
ketrampilan,sedangkan ta’dib adalah
berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah ta’dib
diartikan sebagai proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan dan
penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar,sedangkan tarbiyah adalah
berarti pendidikan.
Daftar
pustaka
Adiwikarta, S. (1988). Sosiologi Pendidikan: Isyu Hipotesis
Tentang Hubungan
Pendidikan dengan Masyarakat. Jakarta: Departemen P dan K.
Dirto Hadisusanto dkk. 1995. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Faultas
Ilmu
Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta
Hasbullah. 2006. Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar