PEMILIHAN
DAN PENGGUNAAN MEDIA
PEMBELAJARAN
Tujuan
Khusus Pembelajaran:
Setelah mempelajari bagian ini,
Anda diharapkan akan mampu:
1. Menyebutkan
beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran
2.
Menjelaskan prosedur pemilihan media menurut kalimat
sendiri;
3.
Menjelaskan sedikitnya enam prinsip pemilihan media
menurut bahasa sendiri;
4.
Mendeskripsikan empat kriteria pemilihan media menurut
Gerlach dan Ely;
5.
Mendeskripsikan sedikitnya tiga strategi pembelajaran
untuk memperoleh pengetahuan;
6.
Mendeskripsikan empat proses pemilihan media menurut kalimat
sendiri;
Pendahuluan
Pembelajaran
sebagai suatu proses yang kompleks, yaitu suatu proses yang
melibatkan banyak komponen. Salah satu komponen yang memiliki peran besar
dalam menunjang keberhasilan si belajar adalah komponen
guru atau instruktur. Tugas guru atau instruktur dalam
proses pembelajaran di kelas banyak sekali. Ada tiga tugas pokok guru atau
instruktur yang amat penting, yaitu sebagai perancang (designer), pelaksana (executor), dan penilai (evaluator) (Gagne, 1974). Ketiga tugas
utama ini apabila benar-benar dilaksanakan oleh guru atau instruktur bukanlah
suatu pekerjaan yang ringan. Tugas ini memerlukan suatu perhatian
khusus karena atas dasar pelaksanaan tugas inilah seorang guru atau
instruktur seharusnya membuat keputusan terhadap baik kepada
aktivitas si belajar seluruh
kelas maupun secara perseorangan. Apalagi yang dihadapi adalah pebelajar
yang pada umumnya telah memiliki minat-minat dan kebutuhan secara
personal.
Fungsi
guru atau instruktur yang oleh Dick dan Carey (1985) sebagai pemberi motivasi
(the motivator), penyampai atau penyaji informasi (presenting the information atau information presenter),
pembimbing kegiatan-kegiatan latihan (the
leader of practice activities), dan penilai (the evaluator
atau the tester) sejalan dengan tugas pokok guru atau instruktur
sebagaimana yang dikemukakan oleh Gagne di atas. Semua tugas yang
dilakukan dan diemban oleh guru atau instruktur, yaitu penerapan
pendekatan pembelajaran aktif dan bermakna bertum-pu dari
peningkatan aktivitas seseorang dalam menumbuhkan prakarsa dan
kreativitas peserta didik. Pada akhirnya, tujuan pendidikan tersebut
mengarahkan pada pencapaian pembangunan manusia seutuhnya, yang mampu berdiri
sendiri dan juga mampu bertanggung jawab atas
pembangunan sesamanya (Semiawan dan Joni, 1993).
Perlu disadari bahwa kelas merupakan tempat
yang amat sibuk, penuh dengan aktivitas, dan kompleks. Tumpuan yang dibebankan
pada para guru instruktur dan lingkungan yang ditekankan untuk pengambilan
keputusan secara cepat seringkali menyita sedikit waktu untuk memikirkannya sebelum bertindak
(Everton dalam Berliner dan Rosenshine, 1987).
Untuk
mewujudkan hal di atas, maka guru atau
instruktur perlu sekali memperhatikan tugas-tugas utama itu.
Salah satu tugas yang penting dilaksanakan oleh guru atau instruktur
adalah tugas pengembangan (developing)
yang meliputi perancangan (designing)
dan penyampaian pembelajaran (delivery
of instruction). Jika guru
atau instruktur (instructors)
merancang dan mengembangkan bahan-bahan pembelajaran mandiri, atau
bahan-bahan yang dapat disajikan secara independen oleh seorang guru atau
instruktur, maka strategi yang dikembangkan oleh guru atau
instruktur ini akan lebih mengaktifkan peserta didik dan dalam proses
pembelajaran guru bersifat pasif. Artinya tugas guru atau
instruktur selama proses belajar berlangsung hanyalah memantau (monitoring) dan memberi pengarahan atau
membimbing kemajuan si belajar melalui bahan
pembelajaran itu. Sebaliknya, si belajar lebih berperan aktif dan dapat maju sesuai
dengan tingkat kecepatannya sendiri melalui proses pembelajaran. Guru atau
instruktur bertindak memberikan bantuan tambahan kepada siswa
atau si belajar yang memerlukannya. Selain kegiatan prates dan pascates,
semua kegiatan atau peristiwa pembelajaran termasuk di dalam bahan yang
dikembangkan itu.
Pemilihan
Media
Kemampuan guru atau instruktur
dalam memilih media yang sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai merupakan pertimbangan penting yang lain dalam proses
pembelajaran. Pemilihan media yang kurang tepat, bahkan sama sekali tidak
relevan (asal pilih saja) dapat mengurangi daya tangkat si belajar
terhadap bahan ajar yang sedang dipelajari. Mengapa demikian? Sebab pemi-lihan
media yang kurang tepat ini bukan menambah kejelasan informasi yang
diberikan, tetapi justru akan menambah kekaburan informasi
yang diperoleh. Oleh sebab itu, pemilihan media pembelajaran perlu
dilakukan secara lebih cermat dan tepat sasaran. Walaupun
tidak ada satu mediapun yang cocok untuk satu jenis informasi, mengingat bahwa
setiap media memiliki karakteristiknya masing-masing. Artinya suatu media
efektif dipakai untuk menyajikan informasi (verbal), sedangkan media yang lain
efektif untuk penyajian psikomotorik. Hal yang paling penting
diperhatikan oleh guru atau instruktur dalam memilih media, yaitu tersedianya sumber, latar, dan personalia.
Reiser
dan Gagne (dalam Dick dan Carey, 1985) membuat suatu model
yang menunjukkan bagaimana cara memilih media pembelajaran yang paling
baik. Perancang menggunakan model itu dengan cara menjawab beberapa
pertanyaan yang berkenaan dengan keterampilan yang diajarkan dan kemudian
diikuti dengan diagram alur yang mengarah pada beberapa media
yang disarankan. Perancang dapat melihat aspek praktisnya
berkaitan dengan penggunaan media yang akan di pilih. Teknik
Reiser dan Gagne ini dilandasi dengan suatu hasil penelitian yang cermat
tentang penggunaan media pembelajaran. Faktor-faktor penting yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan pemilihan media tersebut mencakup:
1. Ketersediaan
berbagai media di lingkungan yang akan dipakai.
2. Kemampuan
perancang atau keahlian yang dimiliki untuk menghasilkan
bahan yang sesuai dengan media;
3. Fleksibilitas.
4. Daya tahan
5. Kesesuaian dengan bahan
6. Efektivitas biaya.
Prinsip-prinsip Pemilihan
Media
Menurut Brown, Lewin,
& Harcleroad (1983) ada beberapa prinsip umum dalam memilih dan menggunakan
media pembelajaran. Prinsip-prinsip itu berikut.
·
Tak
ada satu pun media, prosedur, dan pengalaman
yang paling baik untuk belajar;
·
Percayalah
bahwa penggunaan media itu sesuai dengan
tujuan khusus Pembelajaran;
·
Anda
harus mengetahui secara menyeluruh kesesuaian antara isi dan tujuan khusus program;
·
Media
harus mempertimbangkan kesesuaian antara penggunaannya dengan cara pembelajaran
yang dipilih;
·
Pemilihan
media itu sendiri jangan tergantung pada pemilihan dan penggunaan media
tertentu saja;
·
Sadarlah
bahwa media yang paling baik pun apabila tidak dimanfaatkan secara baik akan
berdampak kurang baik atau media tersebut digunakan dalam lingkungan yang kurang baik;
·
Kita
menyadari bahwa pengalaman, kesukaan, minat dan kemampauan individu serta gaya
belajar mungkin berpengaruh terhadap hasil penggunaan media;
·
Kita
menyadari bahwa sumber-sumber dan pengalaman belajar bukanlah hal-hal yang
berkaitan dengan baik atau buruk tetapi sumber-sumber dan pengalam belajar ini
berkaitan dengan hal yang konkrit atau abstrak.
Gerlach
dan Ely (1980) mengajukan lima kriteria atau prinsip pemilihan media. Kriteria
pemilihan media pembelajaran itu meliputi: 1) kesesuaian (appropriateness), 2) tingkat kesulitan (level of sophistication), 3) biaya (cost), 4) ketersediaan (availability), dan 5) kualitas teknis (technical quality).
Kesesuaian
Jika kita mengetahui
apa yang ingin kita ajarkan dan apa yang perlu dipelajari oleh pebelajar, maka
kita perlu memilih media yang memungkinkan dapat membantu pebelajar memperoleh
pengetahuan atau perilaku mana yang kita inginkan dapat ditunjukkan oleh pebelajar.
Misalnya, jika kita menginginkan pebelajar mampu mengidentifikasi contoh-contoh
kalimat yang salah dan contoh kalimat benar yang diucapkan oleh pembicara, maka
pebelajar harus mampu mendengarkan pola-pola kalimat yang telah diucapkan tersebut.
Untuk
membantu maksud tersebut maka perlu media audiotape recorder atau
video/televisi.
Pilihan kita jatuh pada
media di atas. Jika kita mengharapkan pebelajar mendeskripsikan iklim dan tumbuhan dari
tempat-tempat yang dihuni oleh binatang buas, maka teknologi/media gambar bergerak (film, televisi)
merupakan pilihan yang lebih tepat. Yang perlu kita perhatikan bahwa pemilihan media
bukan hanya didasarkan pada tingkat kesesuaian saja, pemilihan ini harus
mempertimbingkan kriteria yang lain, yaitu tingkat kesulitan, biaya,
ketersediaan, dan kualitas teknis.
Tingkat kesulitan
Banyak bahan-bahan atau alat-alat yang telah tersedia di
pasar hanya mempertimbangkan ruang lingkup kelas. Kita sendirilah yang perlu
memper-timbangkan tingkat kesulitannya. Buku teks yang beredar di pasar dan
dipakai di sekolah-sekolah hampir tidak pernah mempertimbangkan tingkat kesulitan ini.
Contoh yang sering kita jumpai misalnya, penggunaan kalimat yang terlalu
panjang atau kosa kata yang belum pernah didengar pebelajar, bentuk huruf, luas
isi yang disajikan, tipe visualisasi, dan pendekatan penyampaian isi suatu
bidang studi.
Untuk tingkat sekolah dasar (SD) kelas bawah (kelas 1 -
3) sesuai dengan karakteristik pebelajar mungkin lebih baik digunakan kalimat
pendek, kosa kata yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari, bentuk huruf
yang lebih besar, dan menggunakan warna dalam penyajiannya. Pada tingkat di
atasnya, yaitu kelas tinggi ( kelas 4 - 6) dan tingkat berikutnya sudah bisa
dipakai huruf normal. Sedangkan,warna dan bentuk penyajian masih diperlukan
guna mempertahankan tingkat kemenarikan pelajaran dan meningkatkan perhatian pebelajar terhadap hal yang
dipelajarinya.
Biaya
Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan perlu
dipertimbangkan. Yang paling urgent
diperhatikan adalah keuntungan yang diperoleh pebelajar, artinya pebelajar
memiliki keuntungan dalam mempelajari sesuatu yang diperoleh melalui belajar
dengan media. Penggunan buku teks di sekolah bukan semata-mata keuntungan
ekonomis yang diperoleh oleh guru atau sekolah, karena mendapatkan insentif
dari perusahaan percetakan buku. Keuntungan per unit pebelajar akibat belajar
dari buku teks perlu mendapatkan tekanan. Demikian juga, kebermaknaan media
bukan hanya untuk melayani pebelajar tertentu, tetapi semua mendapatkan hal yang sama dari apa yang
dipelajari.
Ketersediaan
Ketersediaan suatu media manakala kita meng-ajarkan suatu
topik atau pokok bahasan tertentu, perlu memperoleh perhatian. Pada saat kita
hendak mengajar dan dalam rancangan telah disebutkan macam atau jenis media
yang hendak dipakai maka kita perlu mengecek apa tersedia atau tidak media yang
akan dipakai tadi. Apabila media tersebut ternyata tidak tersedia maka kita
perlu melakukan media pengganti.
Misalnya, kita mestinya mengajar dengan video untuk menjelaskan
keberagaman hutan Indonesia, tetapi video tersebut tidak tersedia maka kita
bisa menggantikannya dengan slide, atau foto.
Kualitas teknis
Media yang kita gunakan di kelas hendaknya media yang berkualitas tinggi. Artinya, apabila
media itu video atau televisi maka bentuk tulisan dan bentul visual lainnya
dapat dilihat jelas, spesifikasi gambar dan suara harus jelas, fokus dan ukuran
gambar sesuai dengan ruang kelas. Untuk memberikan kuliah di kelas yang terdiri
atas 30 orang berbeda dengan kelas yang berisi 100 orang atau lebih. Papan
tulis memadai untuk ukuran kelas yang terdiri atas 30 orang, dan sebaliknya
tidak akan memadai untuk 100 orang.
Apabila
media pembelajaran itu tidak dirancang sendiri oleh sekolah atau oleh guru,
maka perlu memperhatikan beberapa kriteria pemilihan media tersebut. Kriteria
ini sangat berguna bagi para pengambil keputusan/kebijakan yang dalam hal ini
adalah para kepala dinas pendidikan, pengawas, kepala sekolah, dan termasuk
guru. Kriteria itu meliputi:
Isi - Substansi
Apakah bahan atau media itu berkaitan dengan
isi kurikulum? Apakah media tersebut up-to-date? Apakah media itu tepat untuk
menyajikan isi/pesan kurikulum? Apakah media yang dibeli memenuhi persyaratan
berkenaan dengan tingkat kesulitan pebelajar?
Tujuan
Hal yang tak dapat
dihindari adalah tujuan yang ingin dicapai oleh pebelajar. Apakah media itu sesuai dengan tujuan
pembelajaran, atau tujuan kurikulum? Misalnya,
tujuan pembelajaran diungkapkan sebagai berikut, “ Setelah membaca teks, siswa
diharapkan akan dapat mengidentifikasi sedikitnya 5 kata kerja aktif dengan
tepat.” Media yang dipakai dalam hal ini
adalah Teks.
Tujuan pembelajaran
yang diungkapkan, misalnya “Siswa dapat menunjukkan ibu kota pemerintahan
propinsi Jawa Timur dengan tepat.” maka media yang dipakai berupa peta propinsi
Jawa Timur.
Keseuaian
Apakah media itu sesuai dengan pesan yang
ingin disampaikan atau dikomunikasikan? Apabila isi atau substansi topik itu memerlukan
gambar gerak, apakah media itu memiliki ciri gerak? Jika isi pesan itu perlu
warna, apakah bahan ini mengandung warna?
Biaya
Apakah
media yang dibeli itu memiliki nilai lebih, jika dibandingkan dengan hasil
pendidikan yang diperoleh? Apakah media pembelajaran itu lebih murah
dibandingkan dengan format media lain, yang sama-sama memiliki kuali-fikasi sama?
Kualitas
teknik
Apakah media itu
memenuhi persyaratan-persyaratan teknis dalam hal warna, penampilan, sudut
pandang, fokus jarak pandang (fotografis), atau suara (jika media audio)?
Kondisi
Penggunaan Media
Apakah
media itu akan berfungsi secara efektif di mana media tersebut akan dipakai?
Apakah media itu cocok untuk kelompok besar, sedang, kelompok kecil, atau
individu? Jika media itu diproyeksikan, apakah gambarnya cukup besar dan terang
sehingga bisa dilihat?
Terbukti
berguna bagi pebelajar
Apakah ada bukti bahwa media yang diproduksi
oleh produser memiliki daya guna bagi pebelajar, atau hanya coba-coba atau ada
proses perbaikan sebelumnya? Apakah media yang telah diujicobakan dalam kelompok berguna dan sesuai dengan situasi pembelajaran yang kita
lakukan?
Validasi
Apakah ada data yang dapat dipercaya bahwa media itu membuktikan bahwa pebelajar akan
benar-benar belajar dengan tepat dan efisien melalui penggunaan media tersebut?
Apakah terdapat ciri-ciri yang sama pada kelom-pok coba dengan situasi di mana
media tersebut akan dipakai? Atau, ada validitas tinggi bahwa media itu berguna
dalam berbagai latar?
Proses
Seleksi Media
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran
di kelas, Gerlach & Ely (1980) mengemukakan empat proses langkah-langkah
untuk menyeleksi media yang akan
digunakan. Keempat langkah
tersebut meliputi:
a. merumuskan tujuan khusus,
b. menentukan kawasan tujuan yang ingin dicapai: kognitif, afektif, dan psikomotorik,
c. memilih strategi yang
sesuai dengan kawasan belajar yang telah ditentukan, dan
d. memilih media
yang sesuai.
Pertama, perumusan
tujuan khusus yang ingin dicapai hendaknya memiliki ciri-ciri atau karakteristik:
1) menggambarkan perilaku pebelajar,
atau perilaku yang ingin dihasilkan.
2) menyatakan perbuatan
yang dapat diamati,
3) menggambarkan
kondisi di mana perilaku itu akan terjadi, dan
4) menggambarkan standar atau
derajad yang menentukan apakah tujuan khusus
tersebut terjapai atau belum.
Kedua, menentukan kawasan tujuan pembelajaran yang mencakup
tiga kawasan, yaitu:
Bidang kognitif,
yaitu tujuan yang berkenaan dengan kemampuan mengingat atau mengemukakan
kembali pengetahuan kognitif dan pengembangan keterampilan dan kemampuan intelektual;
Bidang afektif,
yaitu tujuan yang berkenaan dengan
minat, sikap, nilai, dan pengembangan apresiasi; dan
Bidang psikomotorik,
yaitu tujuan yang menyinggung masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang
keterampilan manipulatif dan gerak.
Langkah berikutnya, langkah ketiga, adalah memilih
strategi pem-belajaran yang sesuai dengan kawasan tujuan yang telah ditentukan.
Strategi pembelajaran menentukan prosedur yang akan digunakan dalam membantu pebelajar
untuk memperoleh pengetahuan. Dalam kawasan kognitif, ada lima strategi yang
dapat dipakai sebagai cara untuk menentukan media yang akan dimanfaatkan di kelas. Kelima strategi itu adalah
sebagai berikut di bawah ini.
1. Mengidentifikasi
2. Memberi nama
3. Mendeskripsikan
4. Mengurutkan/Menyusun
5. Mengkonstruksi
Strategi mengidentifikasi, menuntut pebelajar
agar mampu menun-jukkan anggota atau bukan anggota suatu kelompok dari obyek
atau peristiwa ke dalam kelas yang sama. Yang termasuk dalam strategi ini
adalah menyeleksi, mengenali, mamasangkan atau menjodohkan, dan
mengklasifikasikan.
Strategi memberikan
nama, menuntut pebelajar memberikan nama atau label untuk ciri-ciri
benda-benda atau peristiwa khusus. Artinya mengingat simbol-simbol atau
memberikan keterangan detail tentang peristiwa. Yang termasuk dalam kategori
ini adalah memberi nama, menyebutkan, dan menjelaskan.
Strategi
mendeskripsikan, menuntut pebelajar menunjukkan ciri-ciri atau sifat-sifat benda, peristiwa
dan/atau hubungan ciri-ciri tertentu yang relevan tentang obyek atau peristiwa.
Ungkapan yang sesuai dengan strategi ini adalah mendefinisikan, menjelaskan,
dan menunjukkan.
Strategi
mengurutkan, menuntut pebelajar menyusun dua atau lebih sesuatu secara berurutan.
Ungkapan kata yang termasuk dalam strategi ini meliputi: menyusun huruf secara
alfabetis, mengurutkan atau membuat urutan (ranking),
menyusun secara berurutan.
Strategi konstruksi,
menuntut pebelajar meng-hasilkan suatu produk yang memenuhi spesifikasi
tertentu. Ungkapan yang termasuk di dalam strategi ini: menuliskan,
menggambarkan, dan menyusun.
Kaitannya dengan bidang afektif, ada dua strategi pembelajaran yang dapat
dipakai, yaitu:
1. Minat atau motivasi
2. Sikap atau nilai
Minat
atau motivasi, menuntut pebelajar mengekspresikan preferensinya tentang suatu benda atau obyek atau kegiatan yang mengarah pada
pencapaian suatu tujuan atau kegiatan. Minat atau motivasi ini dapat diamati
dengan cara memperhatikan ketekunan yang semakin meningkat terhadap suatu tugas
atau melalui partisipasi secara sukarela dalam menjalankan kegiatan yang semakin
meningkat atau sering.
Sikap atau nilai,
menuntut pebelajar mengekspresikan perasaannya ke arah sesuatu atau hal-hal khusus dan secara konsisten mengekspresikan perasaan atau keadaan. Perilaku aktual sesuai dengan
perasaan atau keadaan yang diekspresikan. Sikap atau nilai ini mungkin
diobservasi melalui pemilihan kegiatan secara sukarela di mana pilihan kegiatan
ini sesuai dengan perasaan atau keadaan yang diekspresikan sebelumnya.
Bidang psikomotorik, mencakup tiga strategi. Ketiga strategi ini meliputi:
1. Strategi laju-diri (self-paced)
2. Strategi laju-bersama (mixed-paced)
3. Strategi laju secara eksternal (externally-paced)
Strategi
laju diri, yaitu strategi yang menempatkan pebelajar dan obyek dalam suatu keadaan
tidak bergerak. Pebelajar menggerakkan badan atau sebagian anggota badan/tubuh
pada saat pebelajar telah siap bekerja dengan kecepatannya sendiri. Selama
melakukan kegiatan atau bekerja terjadi kontak, atau pengoperasian,
pengendalian, atau menggerakkan
obyek yang dituju atau obyek diam. Misalnya, pebelajar yang mengetik di mesin
ketik atau komputer.
Strategi laju bersama, yaitu pebelajar
atau obyek yang akan dima-nipulasi adalah gerak pada awal dilakukan tindakan.
Jika pebelajar berinteraksi dengan obyek diam dan sementara itu badan atau
tubuh pebelajar bergerak, atau menyentuh obyek bergerak yang sementara itu
tubuhnya diam, maka kegiatan ini disebut aktivitas gerak/laju bersama.
Misalnya, pebelajar yang sedang memukul bola pada permainan softball sementara
itu ia sendiri dalam keadaan posisi berdiri tegak.
Strategi
laju eksternal, yaitu strategi yang dilakukan oleh pebelajar terhadap obyek atau benda yang
keduanya sama-sama bergerak pada awal dilakukanya tindakan. Jika pebelajar
melakukan serangkaian gerakan
sementara itu ia dan obyeknya bergerak, maka ini disebut tindakan yang laju
eksternal. Contohnya, adalah pemain sepak bola yang sedang menggiring bola di
lapangan hijau untuk memasukkan ke gawang lawan.
Sebagai langkah keempat, yaitu memilih media yang sesuai.
Pada
langkah ini kita telah memiliki tujuan khusus. Persoalannya,sekarang bagaimana
kita dapat mencapai tujuan tersebut? Untuk itu, kita perlu mempertimbangkan
karakteristik pebelajar yang secara langsung berhubungan dengan belajar, misalnya,
kemampuan verbal, keterampilan persepsi visual dan audio, pengalaman, inteligensi, motivasi, kepribadian, dan
ketrampilan sosialnya. Dengan demikian, perlu adanya faktor khusus yang perlu diperhatikan yang
dapat membantu mempermudah pemilihan media yang ingin digunakan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mempermudah pemilihan media yang sesuai tersebut
meliputi:
1) tugas yang ingin dipelajari, pebelajar,
pesan yang disampaikan, dan
sistem simbol; dan
2) organisasi kelas, waktu yang
tersedia, dan ruang di mana media akan digunakan.
Penggunaan
Media
Media pembelajaran yang dapat
dimanfaatkan di kelas dapat berupa media mulai dari yang paling sederhana dan
tinggal memanfaatkan saja yang ada
di lingkungan kita hingga yang paling kompleks atau canggih (hightech). Media yang kita gunakan di
kelas dapat berupa media hanya tinggal memanfaatkan dan tersedia di pasaran (by utilization)
dan juga yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pembelajaran (by design).
Hal yang paling penting
diperhatikan adalah:
1. niat (intent) atau tujuan (objectives),
2. isi atau substansi (content) yang ingin disajikan,
3. kemauan (willingness),
4. kemampuan (capability), dan
5. ketersediaan (availability) media pembelajaran.
Kelas yang
dipersiapkan dan diperkaya melalui penggunaan media atau teknologi pembelajaran
dapat membantu mempermudah perubahan peran guru dari peran sebagai pe-nyampai
informasi atau pengetahuan menjadi peran sebagai fasilitator belajar (Wilburg,
1991) dan para guru dapat mengubah model-model belajar dan mengajar yang saat
ini menekankan pada peran aktif peserta didik atau pebelajar (Sheingold, 1990).
Rangkuman
Ada tiga tugas
pokok guru atau instruktur yang amat penting, yaitu sebagai
perancang (designer), pelaksana (executor), dan penilai (evaluator). Tugas ini memerlukan
suatu perhatian khusus karena atas dasar pelaksanaan tugas inilah seorang guru
atau instruktur seharusnya membuat keputusan terhadap baik kepada
aktivitas si belajar seluruh
kelas maupun secara perseorangan. Semua tugas yang dilakukan
dan diemban oleh guru atau instruktur, yaitu penerapan
pendekatan pembelajaran aktif dan bermakna bertumpu dari peningkatan aktivitas
seseorang dalam menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, yang dapat dilihat dari
tujuan nasional dan mengisyaratkan
pembangunan manusia seutuhnya, yang mampu
berdiri sendiri dan juga mampu bertanggung jawab atas pembangunan sesamanya.