Selasa, 29 April 2014

PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN



PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

Tujuan Khusus Pembelajaran:
            Setelah mempelajari bagian ini, Anda  diharapkan akan mampu:
1. Menyebutkan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran
2.    Menjelaskan prosedur pemilihan media menurut kalimat sendiri;
3.    Menjelaskan sedikitnya enam prinsip pemilihan media menurut bahasa sendiri;
4.    Mendeskripsikan empat kriteria pemilihan media menurut Gerlach dan Ely;
5.    Mendeskripsikan sedikitnya tiga strategi pembelajaran untuk mem­per­­­o­leh pengetahuan;
6.    Mendeskripsikan empat proses pemilihan media menurut kalimat sendiri;


Pendahuluan
            Pembelajaran sebagai suatu proses yang  kompleks, yaitu  suatu proses yang melibatkan banyak  komponen. Salah satu komponen yang memiliki peran besar  dalam menunjang  keberhasilan  si belajar adalah komponen  guru atau instruktur.  Tugas guru atau  instruktur  dalam proses pembelajaran di kelas banyak sekali. Ada  tiga tugas  pokok guru atau instruktur yang amat penting, yaitu sebagai perancang   (designer), pelaksana (executor),  dan penilai (evaluator) (Gagne, 1974). Ketiga tugas utama ini apabila benar-benar dilaksanakan oleh guru atau instruktur bukanlah suatu pekerjaan  yang  ringan. Tugas ini memerlukan suatu perhatian khusus karena atas dasar pelaksanaan tugas inilah seorang guru  atau  instruktur   seharusnya membuat keputusan terhadap baik kepada aktivitas  si belajar  seluruh  kelas maupun secara perseorangan. Apalagi yang dihadapi adalah pebelajar yang  pada umumnya telah memiliki minat-minat  dan kebutuhan secara personal.
            Fungsi guru atau instruktur yang oleh Dick dan Carey (1985)  sebagai pemberi motivasi  (the motivator), penyampai atau penyaji informasi (presenting the information atau information presenter), pembimbing kegiatan-kegiatan latihan (the leader of practice  activities), dan penilai (the evaluator atau the tester) sejalan dengan tugas pokok  guru atau  instruktur sebagaimana yang dikemukakan oleh Gagne di atas. Semua tugas yang dilakukan dan diemban  oleh guru  atau instruktur, yaitu penerapan pendekatan pembelajaran aktif dan  bermakna bertum-pu  dari peningkatan aktivitas seseorang dalam  menumbuhkan prakarsa dan kreativitas peserta didik. Pada akhirnya, tujuan pendidikan tersebut mengarahkan pada pencapaian pembangunan manusia seutuhnya, yang mampu berdiri sendiri  dan juga mampu bertanggung  jawab   atas   pembangunan sesamanya (Semiawan dan Joni, 1993).
                        Perlu disadari bahwa kelas merupakan tempat yang amat sibuk, penuh dengan aktivitas, dan kompleks. Tumpuan yang dibebankan pada para guru instruktur dan lingkungan yang ditekankan untuk pengambilan keputusan secara cepat seringkali menyita sedikit waktu untuk memi­kirkannya sebelum bertindak (Everton dalam Berliner dan Rosenshine, 1987).
            Untuk   mewujudkan  hal  di  atas, maka guru  atau instruktur  perlu sekali  memperhatikan  tugas-tugas utama itu. Salah satu tugas yang penting dilaksanakan oleh  guru atau instruktur adalah tugas pengembangan (developing)  yang meliputi perancangan (designing) dan penyampaian pembelajaran (delivery of instruction).  Jika guru  atau instruktur (instructors) merancang dan mengembangkan bahan-bahan  pembelajaran mandiri, atau bahan-bahan yang dapat disajikan secara independen oleh seorang guru atau instruktur, maka strategi yang dikembangkan  oleh guru  atau instruktur  ini akan lebih mengaktifkan peserta didik dan dalam proses pembelajaran guru bersifat  pasif. Artinya tugas guru atau  instruktur selama proses belajar berlangsung hanyalah memantau (monitoring) dan memberi pengarahan atau membimbing kemajuan si belajar melalui bhan pembelajaran  itu. Sebaliknya, si belajar lebih berperan aktif dan dapat maju sesuai dengan tingkat kecepatannya sendiri melalui pro­ses pembelajaran. Guru atau instruktur  bertindak memberikan  bantuan tambahan kepada siswa atau si belajar  yang memerlukannya. Selain kegiatan prates dan pascates, semua kegiatan atau peristiwa pembelajaran termasuk di dalam bahan yang dikembangkan itu.


Pemilihan Media
            Kemampuan  guru atau instruktur  dalam  memilih media yang sesuai dengan tujuan yang  ingin  dicapai merupakan pertimbangan penting yang lain dalam proses pembelajaran. Pemilihan  media yang kurang tepat, bahkan sama sekali tidak relevan (asal pilih saja)  dapat mengurangi  daya tangkat si belajar terhadap  bahan ajar yang sedang dipelajari. Mengapa demikian? Sebab pemi-lihan media yang kurang tepat ini bukan  menambah kejelasan informasi yang diberikan, tetapi  justru akan  menambah  kekaburan informasi yang diperoleh. Oleh sebab itu, pemilihan media  pembelajaran  perlu dilakukan secara lebih cermat  dan  tepat  sasaran. Walaupun tidak ada satu mediapun yang cocok untuk satu jenis informasi, mengingat bahwa setiap media memiliki karakteristiknya masing-masing. Artinya suatu media efektif dipakai untuk menyajikan informasi (verbal), sedangkan media yang lain efektif untuk penyajian psikomotorik.  Hal yang paling  penting diperhatikan oleh guru atau instruktur dalam memilih media, yaitu  tersedianya sumber, latar, dan personalia.
            Reiser  dan Gagne (dalam Dick dan Carey,  1985) membuat  suatu model yang menunjukkan bagaimana  cara memilih media pembelajaran yang paling baik. Perancang menggunakan model itu dengan cara menjawab beberapa  pertanyaan yang berkenaan dengan keterampilan yang diajarkan dan kemudian diikuti dengan diagram alur  yang  mengarah pada  beberapa media yang disarankan. Perancang dapat  melihat  aspek praktisnya  berkaitan  dengan penggunaan  media yang akan di pilih. Teknik  Reiser dan Gagne ini dilandasi dengan suatu hasil penelitian yang cermat tentang penggunaan media pembelajaran. Faktor-faktor  penting yang perlu  diperhatikan berkaitan dengan pemilihan media tersebut mencakup:
1.      Ketersediaan berbagai media di lingkungan yang akan dipakai.
2.      Kemampuan perancang atau keahlian yang dimiliki untuk menghasil­kan  bahan yang sesuai dengan  media;
3.   Fleksibilitas.
4.   Daya tahan
5.   Kesesuaian dengan bahan
6.    Efektivitas biaya. 


Prinsip-prinsip Pemilihan Media
Menurut Brown, Lewin, & Harcleroad (1983) ada beberapa prinsip umum dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran. Prinsip-prinsip itu berikut.
·         Tak ada satu pun media, prosedur, dan pengalaman   yang paling baik untuk belajar;  
·         Percayalah bahwa penggunaan media  itu sesuai dengan tujuan khusus Pembelajaran;
·         Anda harus mengetahui secara menyeluruh kesesuaian antara isi dan tujuan khusus program;
·         Media harus mempertimbangkan kesesuaian antara penggunaannya dengan cara pembelajaran yang dipilih;
·         Pemilihan media itu sendiri jangan tergantung pada pemilihan dan penggunaan media tertentu saja;
·         Sadarlah bahwa media yang paling baik pun apabila tidak dimanfaatkan secara baik akan berdampak kurang baik atau media tersebut digunakan  dalam lingkungan yang kurang baik;
·         Kita menyadari bahwa pengalaman, kesukaan, minat dan kemampauan individu serta gaya belajar mungkin berpengaruh terhadap hasil penggunaan media;
·         Kita menyadari bahwa sumber-sumber dan pengalaman belajar bukanlah hal-hal yang berkaitan dengan baik atau buruk tetapi sumber-sumber dan pengalam belajar ini berkaitan dengan hal yang konkrit atau abstrak.
            Gerlach dan Ely (1980) mengajukan lima kriteria atau prinsip pemilihan media. Kriteria pemilihan media pembelajaran itu meliputi: 1) kesesuaian (appropriateness), 2) tingkat kesulitan (level of sophistication), 3) biaya (cost), 4) ketersediaan (availability), dan 5) kualitas teknis (technical quality).

Kesesuaian
Jika kita mengetahui apa yang ingin kita ajarkan dan apa yang perlu dipelajari oleh pebelajar, maka kita perlu memilih media yang memungkinkan dapat membantu pebelajar memperoleh pengetahuan atau perilaku mana yang kita inginkan dapat ditunjukkan oleh pebelajar. Misalnya, jika kita menginginkan pebelajar mampu mengidentifikasi contoh-contoh kalimat yang salah dan contoh kalimat benar yang diucapkan oleh pembicara, maka pebelajar harus mampu mendengarkan pola-pola kalimat yang telah diucapkan tersebut. Untuk membantu maksud tersebut maka perlu media audiotape recorder atau video/televisi.
Pilihan kita jatuh pada media di atas. Jika kita mengharapkan pebelajar mendeskripsikan iklim dan tumbuhan dari tempat-tempat yang dihuni oleh binatang buas, maka teknologi/media gambar bergerak (film, televisi) merupakan pilihan yang lebih tepat. Yang perlu kita perhatikan bahwa pemilihan media bukan hanya didasarkan pada tingkat kesesuaian saja, pemilihan ini harus mempertimbingkan kriteria yang lain, yaitu tingkat kesulitan, biaya, ketersediaan, dan kualitas teknis.

Tingkat kesulitan
            Banyak bahan-bahan atau alat-alat yang telah tersedia di pasar hanya mempertimbangkan ruang lingkup kelas. Kita sendirilah yang perlu memper-timbangkan tingkat kesulitannya. Buku teks yang beredar di pasar dan dipakai di sekolah-sekolah hampir tidak pernah memper­timbangkan tingkat kesulitan ini. Contoh yang sering kita jumpai misalnya, penggunaan kalimat yang terlalu panjang atau kosa kata yang belum pernah didengar pebelajar, bentuk huruf, luas isi yang disajikan, tipe visualisasi, dan pendekatan penyampaian isi suatu bidang studi.
            Untuk tingkat sekolah dasar (SD) kelas bawah (kelas 1 - 3) sesuai dengan karakteristik pebelajar mungkin lebih baik digunakan kalimat pendek, kosa kata yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari, bentuk huruf yang lebih besar, dan menggunakan warna dalam penyajiannya. Pada tingkat di atasnya, yaitu kelas tinggi ( kelas 4 - 6) dan tingkat berikutnya sudah bisa dipakai huruf normal. Sedangkan,warna dan bentuk penyajian masih diperlukan guna mempertahankan tingkat keme­narikan pelajaran dan meningkatkan perhatian pebelajar terhadap hal yang dipelajarinya.

            Biaya
            Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan perlu dipertimbangkan. Yang paling urgent diperhatikan adalah keuntungan yang diperoleh pebelajar, artinya pebelajar memiliki keuntungan dalam mempelajari sesuatu yang diperoleh melalui belajar dengan media. Penggunan buku teks di sekolah bukan semata-mata keuntungan ekonomis yang diperoleh oleh guru atau sekolah, karena mendapatkan insentif dari perusahaan percetakan buku. Keuntungan per unit pebelajar akibat belajar dari buku teks perlu mendapatkan tekanan. Demikian juga, kebermaknaan media bukan hanya untuk melayani pebelajar tertentu, tetapi semua menda­patkan hal yang sama dari apa yang dipelajari.
           
Ketersediaan
            Ketersediaan suatu media manakala kita meng-ajarkan suatu topik atau pokok bahasan tertentu, perlu memperoleh perhatian. Pada saat kita hendak mengajar dan dalam rancangan telah disebutkan macam atau jenis media yang hendak dipakai maka kita perlu mengecek apa tersedia atau tidak media yang akan dipakai tadi. Apabila media tersebut ternyata tidak tersedia maka kita perlu melakukan media pengganti.  Misalnya, kita mestinya mengajar dengan video untuk menjelaskan keberagaman hutan Indonesia, tetapi video tersebut tidak tersedia maka kita bisa menggantikannya dengan slide, atau foto.


            Kualitas teknis
            Media yang kita gunakan di kelas hendaknya media yang ber­kualitas tinggi. Artinya, apabila media itu video atau televisi maka bentuk tulisan dan bentul visual lainnya dapat dilihat jelas, spesifikasi gambar dan suara harus jelas, fokus dan ukuran gambar sesuai dengan ruang kelas. Untuk memberikan kuliah di kelas yang terdiri atas 30 orang berbeda dengan kelas yang berisi 100 orang atau lebih. Papan tulis memadai untuk ukuran kelas yang terdiri atas 30 orang, dan sebaliknya tidak akan memadai untuk 100 orang.   
            Apabila media pembelajaran itu tidak dirancang sendiri oleh sekolah atau oleh guru, maka perlu memperhatikan beberapa kriteria pemilihan media tersebut. Kriteria ini sangat berguna bagi para pengambil keputusan/kebijakan yang dalam hal ini adalah para kepala dinas pendidikan, pengawas, kepala sekolah, dan termasuk guru. Kriteria itu meliputi:

Isi - Substansi
   Apakah bahan atau media itu berkaitan dengan isi kurikulum? Apakah media tersebut up-to-date? Apakah media itu tepat untuk menyajikan isi/pesan kurikulum? Apakah media yang dibeli memenuhi persyaratan berkenaan dengan tingkat kesulitan pebelajar?

Tujuan
Hal yang tak dapat dihindari adalah tujuan yang ingin dicapai oleh pebelajar.  Apakah media itu sesuai dengan tujuan pembelajaran, atau tujuan kurikulum?  Misalnya, tujuan pembelajaran diungkapkan sebagai berikut, “ Setelah membaca teks, siswa diharapkan akan dapat mengidentifikasi sedikitnya 5 kata kerja aktif dengan tepat.”  Media yang dipakai dalam hal ini adalah Teks.
Tujuan pembelajaran yang diungkapkan, misalnya “Siswa dapat menunjukkan ibu kota pemerintahan propinsi Jawa Timur dengan tepat.” maka media yang dipakai berupa peta propinsi Jawa Timur.



Keseuaian
            Apakah media itu sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan atau dikomunikasikan? Apabila isi atau substansi topik itu memerlukan gambar gerak, apakah media itu memiliki ciri gerak? Jika isi pesan itu perlu warna, apakah bahan ini mengandung warna?

     Biaya
      Apakah media yang dibeli itu memiliki nilai lebih, jika dibandingkan dengan hasil pendidikan yang diperoleh? Apakah media pembelajaran itu lebih murah dibandingkan dengan format media lain, yang sama-sama memiliki kuali-fikasi sama?

Kualitas teknik
Apakah media itu memenuhi persyaratan-persyaratan teknis dalam hal warna, penampilan, sudut pandang, fokus jarak pandang (fotografis), atau suara (jika media audio)?

Kondisi Penggunaan Media
            Apakah media itu akan berfungsi secara efektif di mana media tersebut akan dipakai? Apakah media itu cocok untuk kelompok besar, sedang, kelompok kecil, atau individu? Jika media itu diproyeksikan, apakah gambarnya cukup besar dan terang sehingga bisa dilihat?

Terbukti berguna bagi pebelajar
 Apakah ada bukti bahwa media yang diproduksi oleh produser memiliki daya guna bagi pebelajar, atau hanya coba-coba atau ada proses perbaikan sebelumnya? Apakah media yang telah diujicobakan dalam kelompok berguna dan sesuai dengan situasi pembelajaran yang kita lakukan?  

Validasi
Apakah ada data yang dapat dipercaya bahwa media itu mem­buktikan bahwa pebelajar akan benar-benar belajar dengan tepat dan efisien melalui penggunaan media tersebut? Apakah terdapat ciri-ciri yang sama pada kelom-pok coba dengan situasi di mana media tersebut akan dipakai? Atau, ada validitas tinggi bahwa media itu berguna dalam berba­gai latar?

Proses Seleksi Media
            Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran di kelas, Gerlach & Ely (1980) mengemukakan empat proses langkah-langkah untuk menye­leksi media yang akan digunakan. Keempat langkah tersebut meliputi:
a.    merumuskan tujuan khusus,
b.    menentukan kawasan tujuan yang ingin dicapai: kognitif,  afektif, dan psikomotorik,
c.    memilih strategi yang sesuai dengan kawasan belajar yang  telah ditentukan, dan
d.   memilih media yang sesuai.
Pertama, perumusan tujuan khusus yang ingin dicapai hendaknya memiliki ciri-ciri atau  karakteristik:
1) menggambarkan perilaku pebelajar, atau perilaku yang ingin di­hasilkan.   
2) menyatakan perbuatan yang dapat diamati,
3) menggambarkan kondisi di mana perilaku itu akan terjadi, dan
4) menggambarkan standar atau derajad yang menentukan apakah tujuan  khusus tersebut terjapai atau belum.
            Kedua, menentukan kawasan tujuan pembelajaran yang mencakup tiga kawasan, yaitu:
Bidang kognitif, yaitu tujuan yang berkenaan dengan kemampuan mengingat atau mengemukakan kembali pengetahuan kognitif dan pe­ngembangan keterampilan dan kemampuan intelektual;
Bidang afektif,  yaitu tujuan yang berkenaan dengan minat, sikap, nilai, dan pengembangan apresiasi; dan
Bidang psikomotorik, yaitu tujuan yang menyinggung masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang keterampilan manipulatif dan gerak.
            Langkah berikutnya, langkah ketiga, adalah memilih strategi pem-belajaran yang sesuai dengan kawasan tujuan yang telah ditentukan. Strategi pembelajaran menentukan prosedur yang akan digunakan dalam membantu pebelajar untuk memperoleh pengetahuan. Dalam kawasan kognitif, ada lima strategi yang dapat dipakai sebagai cara untuk menen­tukan media yang akan dimanfaatkan di kelas. Kelima strategi itu adalah sebagai berikut di bawah ini.
            1. Mengidentifikasi
            2. Memberi nama
            3. Mendeskripsikan
            4. Mengurutkan/Menyusun
            5. Mengkonstruksi
            Strategi mengidentifikasi, menuntut pebelajar agar mampu menun-jukkan anggota atau bukan anggota suatu kelompok dari obyek atau peristiwa ke dalam kelas yang sama. Yang termasuk dalam strategi ini adalah menyeleksi, mengenali, mamasangkan atau menjodohkan, dan mengklasifikasikan.
            Strategi memberikan nama, menuntut pebelajar memberikan nama atau label untuk ciri-ciri benda-benda atau peristiwa khusus. Artinya mengingat simbol-simbol atau memberikan keterangan detail tentang peristiwa. Yang termasuk dalam kategori ini adalah memberi nama, me­nye­butkan, dan menjelaskan.
            Strategi mendeskripsikan, menuntut pebelajar menunjukkan ciri-ciri atau sifat-sifat benda, peristiwa dan/atau hubungan ciri-ciri tertentu yang relevan tentang obyek atau peristiwa. Ungkapan yang sesuai dengan strategi ini adalah mendefinisikan, menjelaskan, dan menunjukkan.
            Strategi mengurutkan, menuntut pebelajar menyusun dua atau lebih sesuatu secara berurutan. Ungkapan kata yang termasuk dalam strategi ini meliputi: menyusun huruf secara alfabetis, mengurutkan atau membuat urutan (ranking), menyusun secara berurutan.
            Strategi konstruksi, menuntut pebelajar meng-hasilkan suatu produk yang memenuhi spesifikasi tertentu. Ungkapan yang termasuk di dalam strategi ini: menuliskan, menggambarkan, dan menyusun.
Kaitannya dengan bidang afektif, ada dua strategi pembelajaran yang dapat dipakai, yaitu:
            1. Minat atau motivasi
            2. Sikap atau nilai
            Minat atau motivasi, menuntut pebelajar mengekspresikan prefe­rensinya tentang suatu benda atau obyek atau kegiatan yang mengarah pada pencapaian suatu tujuan atau kegiatan. Minat atau motivasi ini dapat diamati dengan cara memperhatikan ketekunan yang semakin meningkat terhadap suatu tugas atau melalui partisipasi secara sukarela dalam menjalankan kegiatan yang semakin meningkat atau sering.
            Sikap atau nilai, menuntut pebelajar mengekspresikan perasaan­nya ke arah sesuatu atau hal-hal khusus dan secara konsisten meng­ekspresikan perasaan atau keadaan. Perilaku aktual sesuai dengan perasaan atau keadaan yang diekspresikan. Sikap atau nilai ini mungkin diobservasi melalui pemilihan kegiatan secara sukarela di mana pilihan kegiatan ini sesuai dengan perasaan atau keadaan yang diekspresikan sebelumnya.
            Bidang psikomotorik, mencakup tiga strategi. Ketiga strategi ini meliputi:
            1. Strategi laju-diri (self-paced)
            2. Strategi laju-bersama (mixed-paced)
            3. Strategi laju secara eksternal (externally-paced)
            Strategi laju diri, yaitu strategi yang menempatkan pebelajar dan obyek dalam suatu keadaan tidak bergerak. Pebelajar menggerakkan badan atau sebagian anggota badan/tubuh pada saat pebelajar telah siap bekerja dengan kecepatannya sendiri. Selama melakukan kegiatan atau bekerja terjadi kontak, atau pengoperasian, pengendalian, atau mengge­rakkan obyek yang dituju atau obyek diam. Misalnya, pebelajar yang mengetik di mesin ketik atau komputer.
            Strategi laju bersama, yaitu pebelajar atau obyek yang akan dima-nipulasi adalah gerak pada awal dilakukan tindakan. Jika pebelajar berinteraksi dengan obyek diam dan sementara itu badan atau tubuh pebelajar bergerak, atau menyentuh obyek bergerak yang sementara itu tubuhnya diam, maka kegiatan ini disebut aktivitas gerak/laju bersama. Misalnya, pebelajar yang sedang memukul bola pada permainan softball sementara itu ia sendiri dalam keadaan posisi berdiri tegak.
            Strategi laju eksternal, yaitu strategi yang dilakukan oleh pebelajar terhadap obyek atau benda yang keduanya sama-sama bergerak pada awal dilakukanya tindakan. Jika pebelajar melakukan serangkaian gerak­an sementara itu ia dan obyeknya bergerak, maka ini disebut tindakan yang laju eksternal. Contohnya, adalah pemain sepak bola yang sedang menggiring bola di lapangan hijau untuk memasukkan ke gawang lawan. 
            Sebagai langkah keempat, yaitu memilih media yang sesuai. Pada langkah ini kita telah memiliki tujuan khusus. Persoalannya,sekarang bagaimana kita dapat mencapai tujuan tersebut? Untuk itu, kita perlu mempertimbangkan karakteristik pebelajar yang secara langsung berhu­bungan dengan belajar, misalnya, kemampuan verbal, keterampilan per­sepsi visual dan audio, pengalaman, inteligensi, motivasi, kepribadian, dan ketrampilan sosialnya. Dengan demikian, perlu adanya faktor khusus yang perlu diperhatikan yang dapat membantu mempermudah pemilihan media yang ingin digunakan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mempermudah pemi­lihan media yang sesuai tersebut meliputi:
1) tugas yang ingin dipelajari, pebelajar, pesan yang disampai­kan, dan sistem simbol; dan
2) organisasi kelas, waktu yang tersedia, dan ruang di mana media akan digunakan.

Penggunaan Media          
            Media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan di kelas dapat berupa media mulai dari yang paling sederhana dan tinggal meman­faatkan saja yang ada di lingkungan kita hingga yang paling kompleks atau canggih (hightech). Media yang kita gunakan di kelas dapat berupa media hanya tinggal memanfaatkan dan tersedia di pasaran (by utilization) dan juga yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pembelajaran (by design). Hal yang paling penting diperhatikan adalah:
1.    niat (intent) atau tujuan (objectives),
2.    isi atau substansi (content) yang ingin disajikan,
3.    kemauan (willingness),
4.    kemampuan (capability), dan
5.    ketersediaan (availability) media pembelajaran.
Kelas yang dipersiapkan dan diperkaya melalui penggunaan media atau teknologi pembelajaran dapat membantu mempermudah perubahan peran guru dari peran sebagai pe-nyampai informasi atau pengetahuan menjadi peran sebagai fasilitator belajar (Wilburg, 1991) dan para guru dapat mengubah model-model belajar dan mengajar yang saat ini menekankan pada peran aktif peserta didik atau pebelajar (Sheingold, 1990).

Rangkuman

            Ada  tiga tugas  pokok guru atau instruktur yang amat  penting, yaitu sebagai perancang (designer), pelaksana (executor),  dan penilai (evaluator). Tugas ini  memerlukan suatu perhatian khusus karena atas dasar pelaksanaan tugas inilah seorang guru  atau  instruktur seharusnya membuat keputusan terhadap baik kepada aktivitas  si belajar  seluruh  kelas maupun  secara perseorangan. Semua tugas  yang dilakukan dan  diemban  oleh guru  atau instruktur, yaitu penerapan pendekatan pembelajaran aktif dan bermakna bertumpu dari peningkatan aktivitas seseorang dalam menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, yang dapat dilihat dari tujuan nsional dan mengisyaratkan pembangunan manusia seutuhnya, yang mam­pu berdiri sendiri dan juga mampu bertanggung jawab atas pemba­ngunan sesamanya.